Jumat, 02 Juni 2017

Cerita Seks Kepergok Selingkuh, Malah Dapat 1 Perawan Lagi

Cerita Seks Kepergok Selingkuh, Malah Dapat 1 Perawan Lagi
Siang itu, aku habis pulang dari Serpong untuk urusan bisnis. Karena bakal lewat Pamulang, iseng-iseng aku telpon Mas Fadlan kakak iparku. Ya sekedar tanya kabar dan kalau bisa pengen mampir gitu. Aslinya pengen ketemu Teh Sasa soalnya dah lama gak ketemu. Hehehe, sekedar ingin menyalurkan hasrat kalau ada kesempatan.
Tapi mas Fadlan lagi gak ada di rumah. Dia lagi ngedosenin katanya. Tapi kalau mau mampir, dateng aja. Soalnya di rumah katanya ada Teh Sasa istrinya. Yes, yes, yeess!!! Ini yang ku harapkan. Jadinya aku bisa ngentot tenang bareng Teh Sasa.
Sekitar setengah jam kemudian, aku nyampe di komplek perumahan tempat mas Fadlan dan Teh Sasa tinggal. Tak lupa aku membawa oleh buat mereka terutama anaknya mas Fadlan, eh anakku lah buah perselingkuhanku dengan Teh Sasa.
Setelah nyampe, aku pencet bel dan bilang salam. "Assalaamu’alaikum!!!" Tak berapa lama ada jawaban "wa’alaikum salam" dari dalam rumah kemudian pintu pun terbuka.
"Eh Eddy, ayo masuk" sambutnya ramah."Dari mana Dy? Bareng Nayla?" Tanya dia. "Ooh, habis dari Serpong Teh, ada urusan bisnis. Nggak lah Teh, Nayla mah lagi di rumah". Setelah duduk di kursi, Teh Sasa bikinin aku minuman. Lalu sama-sama duduk dan ngobrol. "Emang bisnis apaan Dy?", "Adalah, pokoknya lumayan" kataku. "Nih oleh-oleh buat Nafid" Kataku sambil ngasih bungkusan. "Ah gak usah repot-repot Dy", "Gak juga Teh, kan buat anakku" Jawabku sambil cengengesan. Teh Sasa nyubit pahaku "Aaw, sakit Teh".
"Tadi Eddy habis dari Serpong, terus nelpon mas Fadlan mau mampir, eh dia lagi ngajar katanya. Ya udah aku mampir kesini aja, toh dia juga nyuruh" Kataku sambil pindah duduk ke samping Teh Sasa.
"Sayang, aku kangen" Langsung ku peluk Teh Sasa dan ku kiss pipinya. "Eddy, tenang dulu donk", "Aduh, Eddy dah kuangen banget Teh".
Tanpa menunggu basa basi dulu, aku langsung menyergap Teh Sasa. Dia sampe kewalahan loh. Langsung ku peluk dia sambil ku remas-remas teteknya dari balik gamisnya. "Dy, nanti ada orang!" Kata dia dengan nafas berat. "Ah biarin Teh. Kan mas Fadlan lagi ngajar ngedosenin" Tukasku.
Tanpa menunggu lama, aku langsung menarik rok dia keatas. Ku remas memeknya dari balik CD-nya. "AAH, sshhh!" Teh Sasa mendesah dan mengerang. "Pelan-pelan donk Eddy" Kata Teh Sasa. "Eddy dah gak kuat Teh, kangen banget ma Teteh. Dah lama kita gak ngentot sayang" Kataku sambil menarik dan melepas jilbab dan gamis dia. Setelah dia telanjang, aku membaringkan dia di sofa. Tanpa menunggu lama, aku langsung menjilati seluruh badan dia. Dengan terburu-buru aku pun melepas semua pakaianku.
Ku buka kedua paha dia dan langsung aku menyerbu memeknya. Ku jilati memeknya dan ku sedot itilnya. "Aaah, mmmhh, sshhh, ooh, terus sayaaang!" Teh Sasa merintih dan mengerang mendapatkan serangan dari aku. Lalu, tanpa menunggu lama aku menindih dia dan mengarahkan kontolku ke lobang memeknya. Aku menggesek-gesek dulu sebentar, lalu slep, blez. Kontolku langsung ilang ditelan memek Teh Sasa. Aaah, nikmat banget. Memeknya tetep sempit dan kesat. Maklum dia lahiran lewat cesar.
Ku diamkan kontolku sejenak merasakan kedutan dan remasan memek Teh Sasa. Lalu aku mulai memompa kontolku. Plok plok plok. Suara paha kami beradu. "Aaah, ssshh, yang kenceng sayaang!" Teh Sasa mengerang dengan keras merasakan nikmatnya sodokan kontolku. Kami terus bergumul. Entah berapa kali Teh Sasa dapet orgasme. Yang jelas aku belum.
Sekitar 15 menit kemudian, aku pun menyusul mau orgasme. "Sayang, Eddy mau dapet neh!", "Aaah, terus sayang, yang kenceeng!" Teh Sasa berteriak kenceng. Aku pun semakin mempercepat sodokanku. "Aaah, ooh, sayaang, Eddy mau nyampe nih!", "Aku juga sayaang!" Lalu, seeer. Crot crot crot. Kontolku memuntahkan laharnya dengan banyak dalam memek Teh Sasa. Teh Sasa memelukku dengan erat. Kedua kakinya mengapit kuat di pinggangku. Kami menikmati sisa-sisa dari orgasme kami. Kami saling berpelukan dengan lemasnya.
Sedang asyiknya kami begitu, tiba-tiba. "Astaghirullah!!! Teteeh!!! Lagi ngapain kalian???!!!" Kami terperanjat dan bangun. Ku lihat di depan ada seorang cewek cantik berdandan akhwat sambil bertolak pinggang. Ampyun! Kacau deh!
Ampyunn, kiamat bro ku ne. Teh Sasa gak bisa ngapa-ngapain. Wajahnya merah padam. Dia bagaikan patung aja. "Astaghfirullaah! Bener-bener gak nyangka. Ternyata Teteh lebih dari bintang" Kata si cewek berapi-api. Teh Sasa gak ngejawab. Dia malah menangis. "Hey kamu! Dasar bajingan, binatang kamu!!" Katanya ke aku. "Bener-bener kalian. Gak tahu malu" Katanya lagi.
"Maafin Teteh de, Teteh khilaf" Katanya sambil merangkul cewek itu. Ternyata dia adiknya Teh Sasa. "Teteh gak tahu malu. Bener-bener binatang. Afifah gak bakal maafin Teteh" Katanya sambil mendorong Sasa.
Aku hanya melongok aja menyaksikan itu. Yaudah mati kutu waktu itu.
"Siapa itu?" Kata si Afifah sambil menunjuk ke arahku. "Ampun Fah, jangan bilang sapa-sapa. Teteh bener-bener khilaf, tadi dia memaksa Teteh. Dia adik ipar mas Fadlan", "Biadab kalian!" Katanya lagi.
Lalu Afifah menuju ke arahku. Plak, plak. Pipiku kena tampar dia. "Syetan kamu. Tega bener kamu ngotorin kakak iparmu sendiri" Timpalnya. Anjrit. Denger gitu aku panas juga. Enak banget dia bilang gitu. Sasa lagi. Bilang dipaksa sama aku. Pas dia mau nampar aku lagi, langsung ku tangkap tangannya. Kepalang tanggung dah. Pikirku. "Eit, jangan gitu cantik. Tangan mu lembut banget ya", "Syetaan, lepasin tanganku" Kata dia sambil berusaha menarik tangannya pengen lepas.
"Hey cantik. Tanya kakakmu. Gue bermain sama-sama senang tau", "Ibliss, lepaskan tanganku" Katanya lagi.
Pikiranku dah gelap. Dah kepalang tanggung. Mending ku garap sekalian. Pikirku. Langsung ku tarik dia ke sofa. Dia berusaha terus ingin lepas. Tangan kirinya berusaha mencakar mukaku. Tapi apa daya men. Tenaga cewek. Gini-gini gue juga sabuk item karate sama taekwondo.
Udah ku tarik dan langsung ku tindih dia. "Syetaan, lepasin aku jahannam" Dia teriak-teriak sambil berusaha ingin lepas. "Udah diem cantik. Sebentar lagi kamu bakalan dapet yang enak" Timpalku. Tiba dia menggigit tanganku. Syetan. Sakit juga. Langsung aja dengan reflek ku hantam lehernya. Akh. Dia pingsan men! Ku baringkan dia di sofa.
"Adik mu Teh?" Tanyaku sambil melirik Teh Sasa. Tiba-tiba plak, plak, Sasa menampar mukaku "Bajingan kamu Eddy" Kata dia sambil menangis. "Udah lah Teh. Toh kita dah ketahuan", "Iya, gara-gara kamu, hancur keluargaku. Gimana kalau dia bilang mas Fadlan?" Isak Sasa.
"Tenang aja sayang, Eddy jamin gak bakal sampe ketahuan, tenang aja say" Aku tertawa kecil ke Teh Sasa. "Mau ngapain kamu Eddy?" Tanya Teh Sasa pas melihatku mendekat ke arah Afifah adiknya yang terbaring pingsan di sofa "Hehehe, mau ngasih yang enak adikmu" Tiba-tiba Teh Sasa memegang dan menarik tanganku. "Jangan Eddy! Jangan kau rusak adikku" Kata Teh Sasa memohon dan menghiba. "Sudah kamu diam aja. Kamu mau keluargamu hancur? Apa mau dia ngoceh dan ngomongin kita selingkuh? Bisa dipenjara kita nanti. Aku tidak apa-apa, tapi kamu!! Mau nama baik kamu sebagai ustazah hancur?" Bentakku ke Teh Sasa. "Tapi Eddy??" kata Teh Sasa. "Sudah diam aja. Liatin, Eddy jamin dia gak bakal ngoceh" Timpalku.
Lalu aku duduk samping sofa. Ku perhatikan Afifah yang lagi terbaring pingsan. Amboy, cantik banget. Idungnya mancung. Bulu matanya brow, lentik banget. Wajahnya itu loh, cantik khas indo Arab persis kek kakaknya Sasa. Bedanya dia masih langsing soalnya masih 22 tahun. Ku pandangi wajahnya yang cantik, lalu ku cium bibirnya. Anjriiit, seger banget. Lalu ku ambil HP dan siap merekam. "Eddy, mau ngapain kamu?" Tanya Sasa. "Sudah kamu diam aja. Kamu mau ketahuan kalau kita selingkuh?" Bentakku. Tenang aja. "Aku gak bakal ngapa-ngapain adikmu" Jawabku. "Kesini aja, bantuin aku", "Mesti ngapain aku Dy?" Timpal Sasa. "Udah, pegangin nih hp. Kamu rekamin aja. Eddy mau nelanjangin dia buat direkam. Biar bisa ngancam dia supaya diam gak ngoceh ke orang-orang dan suami kamu", Eddy, kamu janji ya gak bakal ngapa-ngapain adikku. Kata Sasa. Iya, sudah kamu rekam aja. Timpalku.
Ya karena mungkin pikiran Sasa juga dah gelap, mau aja dia ku suruh ngerekam. Mungkin karena takut ketahuan dan imej dia yang ustazah takut hancur kali. Hehehehe. Jadi syetan juga dia mau bantuin gue ngegagahin adiknya. Lalu ku tarik dan ku lepas jilbabnya Afifah. Anjriit, cantik banget euy dia tanpa jilbab. Rambutnya hitam panjang tapi ikal. Aku sampe menelan ludah ngelihat leher dia yang jenjang. Ku suruh Sasa untuk merekam setiap yang aku lakukan. Lalu aku melepas seluruh gamisnya dan sekarang Afifah tinggal memakai BH dan CD. Alamaak! Putih dan mulus banget kulitnya. Ku usap-usap seluruh tubuh dia. Begitu lembut dan licin. Pas ku tarik BH nya, ambooy, sekel banget brow. Teteknya bulet kek apel. Putingnya warna pink kecoklatan. Urat-urat hijau kelihatan saking putih kulit teteknya. Sasa terus merekam setiap yang aku lakukan. Lalu aku mulai meremas dan menjilati teteknya Afifah. Waah, nikmat betul. Ukurannya lumayan besar, 34D. Ku cupangi tetek dan lehernya. Lalu jilatanku terus turun ke perutnya. Waaw, bener-bener lembut dan licin kulitnya. Aku memberi isyarat Sasa supaya terus merekam. Kecupan dan jilatanku akhirnya sampe kebawah ke pangkal pahanya Afifah. Sejenak ku pandangi memek Afifah yang masih terbungkus CD warna krem. Gila, memeknya tembem banget. Tampak jembutnya membayang di celdamnya. Lalu ku cium dari luar. Mmmhh, memeknya wangi banget men. Ku hirup aroma yang keluar dari memek Afifah. Sasa terus merekam setiap apa yang ku lakukan sama adiknya yang lagi pingsan.
Lalu aku menarik dan melorotkan CD Afifah kebawah. Subhaanallaah! Begitu indahnya. Memeknya diselimuti jembut yang tebal tapi tertata rapih. Mungkin dia rajin merawatnya. Sejenak aku pandangi memeknya itu. Nafasku dah gak karuan. Tapi aku berusaha mengatur nafasku itu.
Ku usap-usap pahanya yang putih lembut Wow, halus banget! Ku elus dan ku usap-usap. Licin banget. Betisnya penuh bulu-bulu halus. Lalu ku jilatin mulai dari kakinya keatas. Rasanya nikmat banget.
Ku buka dan ku renggangkan kedua paha Afifah. Kini dihadapanku terpampang lobang kenikmatan Afifah yang aku yakin belum terjamah lelaki manapun. Lobangnya berwarana pink kecoklatan berbalut bulu jembut hitam nan lebat.
Sejenak aku pandangi. Lalu aku menyibak labia mayoranya. Anjriit, lobangnya sempit banget. Pasti nikmat kalau kontolku bisa bersarang didalamnya. Ku usap-usap dengan jariku. Dalam pingsannya sepertinya Afifah merasakan kenikmatan memeknya yang ku usap-usap.
Ku mainkan dan ku pilin-pilin itilnya. Jakunku dah naik turun. Nafasku terasa berat terbawa birahi. Lalu mulutku hinggap di lobang kenikmatan Afifah. Ku jilati lobangnya dengan lidahku. Terasa asin-asin gurih. Memeknya wangi sabun sirih. Menambah gairahku tuk terus menjilatinya. Pas ku sedot itilnya, tiba-tiba dari memek Afifah keluar cairan kentel berbau agak anyir dan rasanya asin asin sepet.
Mungkin dia dah orgasme walaupun dia pingsan. Kini memeknya dah semakin basah oleh cairan yang habis ku jilati. Lobang memeknya yang merah merekah kini tampak mengkilat. Aku dah gak mikirin Teh Sasa ngerekam kegiatanku apa kagak. Yang jelas aku lagi terhanyut dalam kenikmatan menjilati memeknya Afifah.
Waktu ku kobel memeknya dengan jariku, tampak pantat Afifah bergerak-gerak. Seakan ikut mengimbangi jilatanku. Kemudian aku memindahkannya kebawah diatas karpet persia yang tebal dan lembut.
Ku lihat Teh Sasa yang merekam kegiatanku sepertinya ikut terlarut dan terhanyut. Sepertinya dia mau ikut. Tapi ku biarkan aja. Ku ambil bantal dari sofa dan mengganjal pantatnya Afifah. Ku remas pantatnya yang cukup semok. Kini aku dah bersiap, ku arahkan kontolku tepat di lobang memek Afifah. "Eddy, kamu mau ngapain?" Tanya Teh Sasa. "Tenang aja sayang. Eddy cuman menggesek-gesekannya doang" Jawabku. "Terus aja rekam" Tambahku.
Lalu aku mulai menggesek-gesek kontolku. Aah, nikmat banget. Memek Afifah pun semakin basah dan licin aja. Terasa lobang memeknya berkedut-kedut.
Sambil menggesek-gesek kontolku, aku meremas teteknya yang sekal. Sesekali aku menyedot putingnya. Lehernya yang jenjang habis ku jilat dan ku cupang. Begitu juga kedua payudara Afifah. Tampak bekas berwarna merah hasil cupanganku.
Aku gak peduli, walau Teh Sasa melarangku untuk memasukkan kontolku kedalam memeknya Afifah. Aku terus berusaha menggesek-gesek kontolku dan menekannya masuk pelan-pelan.
Biar Teh Sasa gak curiga, ku suruh dia merekamku dari depan.
Sapa yang tahan, kalau kontol dah tepat diatas lobang memek. Begitu juga aku. Secara perlahan, sambil menggesek-gesek kontolku di memeknya, aku juga menekan kontolku biar bisa masuk. Gila, memeknya sempit banget men. Beberapa kali kontolku meleset.
Tapi untungnya memek Afifah dah licin dan becek oleh cairan. Hingga sambil meremas dan menjilati teteknya Afifah, tangan kiriku tetap membantu dan mengarahkan kontolku supaya tepat di lobang memeknya dan membantu kontolku menerobos masuk.
Kini kontolku dah masuk sebatas helemnya. Gila, sempit banget. Dan terasa seperti ada yang menghalangi. Mataku merem melek merasakan kehangatan memek Afifah yang berkedut-kedut meremas-remas kepala kontolku. Sambil mengalihkan perhatiannya Teh Sasa supaya dia terus merekam, aku berusaha terus menekan kontolku supaya terus masuk.
Secara perlahan tapi pasti, dengan menekan kuat pantatku kedepan, akhirnya kontolku bisa masuk setengahnya. Aah, nikmat banget. Memeknya terasa semakin meremas-remas kontolku. Lalu dengan hentakan keras, akhirnya kontolku berhasil masuk seluruhnya. Ku diamkan sejenak kontolku didalam memeknya. Aah, terasa kontolku diremas-remas dan memek Afifah seperti menyedot kuat kontolku.
Aku dah gak peduli sama Teh Sasa. Kini aku mulai memompa keluar masuk kontolku. "Eddy, kamu masukin ya?" Tanya Teh Sasa. Aku gak jawab. Malah aku semakin kenceng memompa keluar masuk kontolku. Mataku merem melek merasakan nikmatnya jepitan memek Afifah. Aku semakin kenceng menggenjot kontolku. Gak ku dengar teriakkan Teh Sasa. Aku larut dalam nikmatnya ngentot memek Afifah yang perawan.
Sekitar tujuh menitan lebih aku menggenjot kontolku keluar masuk. Aku merasakan sesuatu akan keluar dari kontolku. Maka aku semakin cepet dan kenceng memompa kontolku. Dan sedetik kemudian diiringi erangan kenikmatanku, Aah, ser, crot crot crot. Kontolku memuntahkan laharnya dengan banyak dalam liang kenikmatan Afifah.
Lalu aku ambruk lemas diatas tubuh Afifah. Gak ku hiraukan Teh Sasa yang marah dan memukuli badanku. Aku masih merasakan sisa-sisa dari orgasmeku.
Setelah kontolku lemas dan keluar sendiri dari memek Afifah, aku terduduk lemas samping tubuh Afifah yang tertidur pingsan.
Tiba-tiba plak plak, Teh Sasa menampar kedua pipiku. "Gila kamu Eddy. Adikku kamu embat juga" Katanya sambil terisak dan emosi. Ku biarkan aja dia berceramah. Lalu ku hampiri dia dan ku peluk lalu ku kiss. "Sudahlah sayang. Toh semua dah terjadi" Teh Sasa memukul-mukul tubuhku. Langsung aja ku tindih dia. Dia berusaha berontak ingin lepas sampe hp yang tadi dipake merekan terlepas. Untung jatuh ke sofa. Sempat khawatir juga hp nya rusak. Gimana kalau rusak. Ntar rekamannya hilang. Lalu ku tindih Teh Sasa diatas sofa. Tampak dia berontak. Tapi gak ku pedulikan. Terus ku remas dan ku kobel memeknya. Walau kontolku masih agak licin dan lemas, aku tetap merangsang Teh Sasa.
Ku tindih Teh Sasa diatas sofa. Ku remas teteknya dan ku kobel memeknya. Tampak dia mulai terangsang. Langsung ku lebarkan kedua pahanya dan langsung ku tusuk memeknya dengan kontolku.
Aku gak memberi kesempatan jeda. Langsung ku pompa dan ku genjot kontolku dengan ritme cepat. Mendapat serangan cepat dan mendadak membuat Teh Sasa gelagapan. Tapi tusukan kontolku sekarang membuatnya merem melek. Mulutnya gak berhenti merintih dan mengerang. "Sayaang, terus sayang, enaak, aah, mmmhh ooh". Pantat Teh Sasa bergoyang mengimbangi sodokan kontolku. Badan kami dah basah oleh keringat. Entah berapa kali Teh Sasa mendapat orgasme. Sedang aku terus menggenjot memeknya. Aneh juga aku lama sekali orgasme. Mungkin karena dah 2x maen sama Teh Sasa dan ngentot Afifah.
Betapa bersihnya memeknya dia untuk ku kobel
Teh Sasa sampe ampun-ampunan karena dah gak kuat. "Sayaang, udah sayang. Teteh dah gak kuat". Namun aku terus menggenjot kontolku. "Sayaang, kamu jahaat, udah sayaang". Teh Sasa memohon-mohon agar aku udahan. Tapi ku biarkan aja. Sekitar 20 menit aku menggentot memek Teh Sasa. Terasa sesuatu mau keluar dari kontolku. Maka aku semakin mempercepat sodokanku. Terdengar kecipak dan suara plok plok plok. Dan pada hentakan terakhir. Seiring eranganku "aakh, Eddy nyampe teeh!" Ser. Crot crot kontolku memuntahkan laharnya. Gak sebanyak tadi waktu pertama ngentot sama Teh Sasa. Dan ngecrot banyak sekali pas ngentot memek Afifah. Mungkin dah abis kali.
Aku jatuh lemas diatas tubuh Teh Sasa. Dia memelukku dengan erat.
Setelah agak lama, aku mencabut kontolku dan duduk di sofa samping Teh Sasa.
Tiba-tiba Teh Sasa bangun dan plak plak. Pipiku ditamparnya. "Gila kamu Eddy. Bener-bener bejat. Udah kakaknya, adiknya kamu embat juga".
"Udahlah sayang. Toh semuanya dah terjadi. Lagian kalau gak gitu, kita bakal ancur. Gimana kalau dia bilang mas Fadlan? Terus gimana kalau dia bilang ayah ibumu? Bisa ancur kita. Aku sih gak apa-apa. Tapi imej kamu yang ustazah gimana?" Teh Sasa akhirnya diam.
Udah sayang, sekarang bantuin aku beresin adikmu. "Mau kamu gimanain lagi Eddy?", "Udah bantuin aja. Ambilin air anget sama anduk kecil" Kataku. Teh Sasa akhirnya ke dapur menyiapkan air hangat. Pas dia lagi kedapur, aku ngeliatin tubuh Afifah yang lagi pingsan. Gila nafsuku bangkit lagi men. Maka aku langsung menindih dia. Pas ku buka pahanya, ku lihat di selangkangannya ada bercak darah bercampur peju. Tanpa banyak cingcong, ku arahkan kontolku yang udah bangun ke lobang memeknya. Gak seperti pertama tadi, kini kontolku dengan mudah masuk memek Afifah. Slep, blez. Aaah. Memekmu enak banget Afifah. Beruntung sekali aku bisa ngentot memekmu yang perawan.
Pas aku lagi genjot memeknya Afifah, Teh Sasa dateng dari dapur dengan membawa sewadah air hangat dan handuk kecil. "Eddy, ngapain kamu?", "Udah sini sayang. Ayo gabung aja", "Nggak ah. Bejat kamu Eddy", "Udah sayang ayo sini". Akhirnya Teh Sasa mau juga. Memang nafsu sex Teh Sasa sangat besar. Dia menaruh wadah dan handuk di meja. Lalu dia nyamperin kami. Sambil terus aku menggenjot memek Afifah, aku melakukan frenckiss sama Teh Sasa. Memeknya ku kobel dengan tangan kananku.5 menit kemudian, kontolku mau keluar lagi. Memang memek Afifah super sempit dan keset. Walau dia lagi pingsan, tapi kontolku seakan diremas-remas dan disedot-sedot memeknya. Beda sama memek Teh Sasa yang udah turun mesin. Maka pada genjotan terakhir, kontolku memuntahkan laharnya. Teh Sasa pun mengejang tanda orgasme karena kobelanku dimemeknya sangat cepat dan tepat di gispotnya.
Setelah puas, aku dan Teh Sasa membersihkan tubuh Afifah dengan air hangat. Lalu kami memakaikan gamisnya dan jilbabnya dengan rapi. Aku dan Teh Sasa pun mandi bareng. Setelah itu kami pun sama-sama berpakaian. Lalu kami keruang tamu lagi tuk melihat Afifah.
Ku lihat dia masih pingsan bro. Hantamanku tadi tepat di tengkuknya. Memang dulu pas belajar karate, aku berlatih cara melumpuhkan lawan. Kemudian aku memijit dia. Dan ketika minyak angin ku arahkan ke hidung Afifah, akhirnya dia siuman.
Dia yang ku dudukkan di kursi menatap kami berdua. Tiba-tiba dia terbangun dan menuju ke arahku mau menamparku. Tetapi dia….
Limbung dan hampir terjatuh. Beruntung aku cepat menangkap dia. "Bajingan lepaskan aku. Najis aku kena tanganmu" Kata dia.
"Kenapa kamu cantik? Jangan marah-marah dong" Kataku sambil cengengesan. "Kalian berdua bintang, syetan" Kata Afifah. Teh Sasa nunduk dan diem. "Awas, aku bakal ngomong sama mas Fadlan. Sama abi dan umi juga" Kata Afifah mengancam.
"Siapa yang bejat sayang?" Tanyaku sambil cengengesan. "Kamu Eddy. Bener-bener bejat kamu ya" Beraninya kamu merusak kakakku.
"Aah, kata siapa sayang. Tanya aja sama Tetehmu. Apa mas Eddy maksa" Timpalku sambil ketawa.
Lalu aku mengambil hp dan membuka file rekaman tadi. "Afifah sayang, kalau kamu mau bilang sama mas Fadlan silahkan. Sama abi umi juga silahkan, tapi lihat dulu ini". Aku memperlihatkan rekaman tadi sama Afifah. Tiba-tiba dia jatuh duduk karena lemas. Wajah dia pucat pasi.
"Afifah sayang, apa kamu gak merasakan perih di memekmu?" Tanyaku sambil cengengesan. "Udah, tinggal bilangin aja. Tapi kamu juga bakal ikutan loh" Aku balik mengancam.
Lalu aku keluar rumah sebentar untuk menaruh hp di mobilku. Kemudian aku masuk lagi. Ku lihat Teh Sasa terdiam. Sedang Afifah menangis sambil tangannya memukul-mukul sofa.
"Udah Afifah diam. Kamu jangan menangis. Awas kalau kamu macam-macam. Videonya akan mas Eddy sebar. Semua orang bakal tahu. Terutama teman-teman kampusmu" Ancamku. "Udah nurut aja. Tenang, mas Eddy bakal tanggung jawab kalau kamu ada apa-apa" Tukasku. "Tanya aja Tetehmu. Mas Eddy udah lama selingkuh sama dia. Bahkan keponakanmu bukan anaknya mas Fadlan. Dia darah daging mas Eddy". Mendengar ini Teh Sasa diam menunduk. Afifah terdiam kaget. "Udah, sekarang ikutin aja kemauan mas Eddy. Mas Eddy juga tetep tanggung jawab ngurusin dan biayain Teteh kamu".
Ku hampiri Afifah. Tampak air matanya berlinang. Teh Sasa tetap diam dan membisu. Ku tatap wajah dia. Tapi dia memalingkan mukanya. Tampak dia sangat marah dan benci. Tapi ku pegang kepalanya dan ku usap-usap. Ku tatap matanya dan ku pegang dagunya. "Udah sayang, tenang aja. Mas Eddy bakal tanggung jawab. Lagian mas Eddy juga suka sama kamu. Asal kamu nurut, mau apa aja mas Eddy kasih. Tapi kalau macem-macem, liatin aja".
Lalu ku kecup keningnya. Dia gak menghindar. Ya mungkin dia takut ancamanku. Teh Sasa diem aja sambil ngeliatin kami.
Lalu ku peluk Afifah dari samping. Dia tampak mau nolak, tapi ku bisikin "inget ya Afifah sayang, kamu harus nurut". Apa boleh buat. Gak ada pilihan lagi buat dia. Bahkan ku ancam "kalau mau bunuh diri juga silahkan. Tapi inget, kamu tahu juga kan hukumnya?" Kataku sambil ketawa.
"Sekarang bukain pakaian mas Eddy, cepaat!" Bentakku. Kini Afifah bener-bener menuruti perintahku. Teh Sasa cuman terisak melihat adiknya ku perlakukan begitu. Tapi dia gak bisa ngapa-ngapain. Gak punya kuasa men!
Ketika ku lihat jam dinding, gila dah pukul dua. Aku sempet kaget juga. Lalu aku bilang ke Teh Sasa. "Sayang, telponin suamimu kapan dia pulang. Pura-pura aja mas Eddy pengen ketemu" Teh Sasa menuruti perintahku. Dengan nada bicara yang datar seakan tanpa dosa dia nelepon mas Fadlan suaminya. Ternyata jawabannya dia gak bisa pulang cepat. Sebab di kampusnya ada rapat dan seminar. Paling juga pulangnya jam 9/jam 10 malam. Dia minta sampein maaf sama aku karena gak bisa nemuin.
Yes, yes, yees. Itulah yang ku harapkan.
Setelah Afifah melepas pakaianku sehingga tinggal aku memakai CD, aku meminta dia duduk di samping kananku. Begitu juga, aku meminta Sasa duduk disamping kiriku. Bener-bener kanan kiri oke gan. "Afifah, bukain CD mas Eddy!" Dengan agak ragu-ragu dia menarik CD Raiderku kebawah. Dia tampak terkejut melihat kontolku yang gede dan berdiri tegak. "Kenapa sayang, kamu suka ya?" Dia diem aja. Lalu ku suruh dia ngemutin dan ngocok-ngocok kontolku.
Begitulah kawan, biar gak kepanjangan. Akhirnya Afifah takluk juga. Kami akhirnya bisa bermain threesome sama kakak beradik. Setelah tahu nikmatnya ngentot, akhirnya Afifah bermain sangat liar dan ganas. Dibarengin ganasnya permainan kakaknya Teh Sasa. Aku sampe kewalahan. Jam 6 sore kami berhenti bermain. Setelah puas, aku lalu pulang. Berikutnya, dua hari kemudian aku nelpon Afifah dan kami menghabiskan malam yang indah di villa daerah cibodas. Sekarang gak ada paksaan lagi waktu bercinta. Setelah satu bulan aku sempat khawatir kalau dia hamil. Eh ternyata tidak. Maka pada masa awal dia mens, aku menyuruhnya ikut suntik KB yang 3 bulan. Biar gak was was kalau maen. Selama hampir dua tahun aku selingkuh sama kakak iparku Teh Sasa dan adiknya Afifah. Setelah itu, Afifah dapat jodoh dan menikah setelah lulus. Dia dibawa suaminya pergi ke Batam. Sebelum dia menikah, kami bermain dulu sama dia sampe puas. Tentu di rumah kakaknya Teh Sasa. Dan kami maen bertiga.

Cerita Seks, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita ML, Kisah Seks, Threesome, Cerita Perselingkuhan, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Cerita Seks Kakak Beradik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar