Jumat, 02 Juni 2017

Cerita Seks Sahabat SeKantor Teman Bercinta Ku

Cerita Seks Sahabat SeKantor Teman Bercinta Ku
Saya di kantor mempunyai sahabat yang namanya Livany, sering saya panggil Any. Orangya supel, dan mudah bergaul, tingginya 170 cm/53 kg, dengan kulit putih mulus, maklum orang Menado asli, 34B ukuran payudaranya. Saya mempunyai kelainan sejak masih gadis pada saat tinggal bersama kakak saya, Mbak Eni namanya.

Kapan-kapan saya ceritakan sejarah lesbian saya, tapi saya juga suka cowok loh sama seperti gadis-gadis lain. Hanya saja hampir tujuh puluh persen saya menyenangi cewek, saya tidak mengerti mengapa saya begini, mungkin suatu saat saya bisa sembuh total ya?! Saya sering jalan bersama Any kalau ada undangan karena saya belum ada pasangan, banyak sih cowok yang naksir, cuma saya masih enggan saja untuk berpacaran. Saya ingat betul awalnya yaitu pada saat bulan Agustus 2010, sehabis pulang kantor.

“Ka, sini sebentar” panggil Any pada saya sambil mendekatkan Mercynya.
“Ada apa Ny?” tanya saya heran pada Any.
“Boleh nggak minta tolong?”
“Tolong apa?”
“Itu loh, rumah saya kan sedang direnovasi..”
“Terus?”
“Mmh, boleh numpang nginep nggak di rumahmu?” tanya Any ragu-ragu.
“Alaa, gitu saja nanya, boleh dong, sekarang?”
“Iya, boleh kan?” tanya Any sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.
“Udah, nggak usah banyak omong, ayo jalan” perintah saya sambil tersenyum.
“Okey, thanks ya”

Maka setelah Any mengambil baju sekedarnya, kami berdua meluncur ke rumah saya yang memang agak jauh dari kantor. Rumah saya mempunyai empat kamar, satu kamar untuk tamu dan kamar saya di tengah, saya tinggal sendiri karena orang tua saya tinggal di Surabaya.

“Ny, ini kamarmu ya” kata saya sambil menunjukkan sebuah kamar padanya di ujung depan.
“Thanks ya” jawabnya sambil masuk melihat-lihat kamar.
“Kutinggal dulu”
“Ya..” jawabnya sambil lalu.

Saya kemudian menuju kamar untuk mandi dan berganti baju, soalnya gerah sejak tadi. Sedang asyik-asyiknya saya memilih BH, tiba-tiba Any masuk ke kamar.

“Eh.. Maaf ka, lagi pake baju ya?” katanya kaget melihatku masih memakai celana dalam berwarna merah dan belum mengenakan BH sama sekali.
“Oh Any, masuk Ny, nggak apa-apa kok” jawab saya sambil tersenyum melihatnya yang masih memandangi payudara saya yang termasuk besar dan montok.
“Wah, badanmu seksi juga ya?” ujarnya.
“Tentu saja, habis saya rajin senam sih”
“Oh ya, ada film bagus nih, nonton yuk” ajak Any sambil menggandeng saya untuk menonton TV di ruang tengah.
“Bentar Ny, kuganti baju dulu ya” jawabku sambil memakai BH dan kaos longgar serta celana pendek.
“Kutunggu ya..”
“Ya”.

Kemudian Livany sudah duduk di depan TV sambil makan camilan, sedang saya masih sibuk membereskan baju yang berserakan.
Malam itu Any mengenakan daster kuning hingga kelihatan kulit lengannya yang putih mulus, kadang-kadang karena duduk kami yang mepet, Any dengan tak sengaja menyenggol payudara saya hingga perasaan saya jadi bertambah aneh. Mungkin karena acara TV yang membosankan, saya jadi tak tertarik lagi, saya lebih tertarik memperhatikan Any saja.
Dia sudah pakai daster terus tidak memakai BH lagi hingga tonjolan payudaranya kelihatan mencuat ke atas, mungkin karena kami sama-sama perempuan, jadi Any tidak malu-malu lagi, bahkan kadang-kadang kakinya dinaikkan ke meja hingga bawahan dasternya jadi tersingkap dan memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna putih.

Perasaan saya jadi lain hingga saya memutuskan untuk ke kamar dan berganti baju dengan daster tanpa memakai BH dan celana dalam juga, supaya bertambah nyaman kalau berdekatan dengan Livany. Sungguh Livany itu gadis yang cantik seperti artis mandarin. Saya kembali ke ruang tamu dan membawa kaset DVD untuk saya tonton bersama Any, siapa tahu saja Livany tertarik dengan filmnya dan ingin mmh..

“Ny, ganti sama DVD ya?”
“Film apaan tuch?”
“Ini, film romantis dari Jepang, pengin liat nggak?”
“Ya, bolehlah, abis acaranya nggak ada yang menarik sih”
“Okey, duduk dekat sini” pinta saya pada Any untuk duduk di sofa agar nyaman menonton film itu.

Sebetulnya sih, itu film triple X dari jepang mengenai seorang gadis yang mencintai guru wanitanya lalu mereka bersetubuh dan bercinta dengan gaya yang romantis dengan berbagai macam gaya. Volume TV dan AC saya perbesar hingga Any mendekat dan mepet dengan saya. Untung rumah sudah sepi karena pembantu sudah pulang semua dan lagi rumah saya besar, jadi volume suara TV yang besar itu tidak kedengaran lagi dari luar.

“Film BF ya?” tanya Any tanpa menoleh pada saya.
“Tapi bagus loh, untuk pelajaran sex”
“Bagus, sih bagus, tapi saya jadi pengin nih” gumam Any tak jelas karena napasnya yang makin berat dan diselingi suara orang bercinta dari TV yang makin kencang.
“Gimana kalau kupegang payudaramu” usulku.
“Hushh, ngaco kamu Putri, kita ini sama-sama cewek tau” jawabnya sambil monyong, namun itu justru menambah gairah saya semakin tinggi.
“Daripada kamu megang sendiri, hayoo” jawab saya tak mau kalah sambil meraba payudaranya.
“Jangan, Putri.. Jangan..” teriaknya keras karena kaget payudaranya saya pegang.
Namun teriakannya tak membuat saya jera, bahkan telinganya yang sensitif saya cium dengan lembut.
“Kurang ajar kamu, sst..” tolaknya lemah dengan mendesis.
“Mmh..”

Pergumulan saya dengan Any berlangsung seru, hingga beberapa menit Livany masih memberontak, tetapi karena gairahnya sudah naik dan ditambah lagi dengan ciuman dan remasan saya pada daerah sensitifnya, akhirnya Any menyerah juga. Bahkan dengan sigap membalas mencium bibir saya dengan ganas sambil meraba memek saya yang sudah mulai basah sejak tadi.

“Sst.. Mmh.. Tunggu..” potong saya menghentikan ciuman dan serangannya Any.
“Hahh, ada apa Ka?”
“Buka dastermu..” pinta saya untuknya agar membuka daster, sementara saya juga telah membuka dasterku sendiri hingga bugil.
“Wah, susumu besar juga ya?” kata Livany kagum melihat payudara saya yang sudah tegak, sambil juga melepaskan dasternya, bahkan celana dalamnya pun ikut dilepaskan juga hingga kami menjadi sama-sama bugil.

Dan kami pun kembali saling berciuman di sofa tanpa memperdulikan film jepang itu. Saya mengambil inisiatif untuk memulai mencium payudaranya.

“Sst.. Sst..”
“Mmh.. Gantian..” rintih Any karena tidak dapat menahan ciuman dan jilatan lidah saya pada payudaranya.

Maka saya pun berganti posisi dengan Any yang menjilat payudara saya dengan semangat hingga memek saya juga ikut dibelai, bahkan jari-jarinya yang lentik keluar masuk ke dalam lubang memek saya dengan cepat hingga saya mengalami orgasme yang pertama.

“Mmh.. Enak.. Ny, cepetan.. Sst..” rintih saya karena tak tahan lagi dengan permainan Any yang begitu hebat, bahkan Any sekarang menjilat memek saya dengan liar hingga beberapa menit, saya semakin mendorong memek saya ke arah mulutnya yang sedang menghisap bagian dalam.

“Sstss.. Pinggirnya.. Ssts.. Ya.. Yang i.. Tu..” rintih saya terpatah-patah.
Tiba-tiba Livany menghentikan permainannya..

“Ada apa Ny?”
“Kita coba yang seperti di film, mau kan?” usulnya.
“Boleh saja..” jawab saya senang karena memang senang dengan gaya enam sembilan.

Gaya enam sembilan itu maksudnya saya yang berada di posisi atas menghadap Livany yang berada di posisi bawah dengan saling menjilat memek masing-masing, bahkan saking enaknya hingga kepala saya terjepit oleh Livany yang rupanya juga telah mengalami orgasme yang pertama. Kami melakukan pergumulan itu di sofa hingga dua jam dan rupanya Livany pun puas atas permainan itu.

“Hahh, lega rasanya..”
“Gimana, enak nggak?”
“Enak juga ya”
“Mau lagi nggak?”
“Mau dong kalau caranya gitu” jawab Any manja sambil mencium bibir saya gemas.

Malam itu saya dan Livany menghabiskan permainan yang seru itu di kamar, bahkan Any tak henti-hentinya meremas payudara saya dengan gemas, kadang-kadang saya puaskan Livany dengan alat kelamin pria plastik, tentu saja alatnya yang bisa bergetar hingga itu menambah nikmat percintaan saya dengan Any. Beberapa ronde kami lalui hingga pagi, juga di kamar mandi.

Keesokannya, seperti biasa saya sudah bersiap ke kantor dengan Livany.

“Ayo Ny, udah siap belum?”
“Udah boss, ayo” gandeng Any mesra sambil mencium bibir saya lembut.
“Hush, nanti dilihat orang loh”
“Iya ya..”

Maka sejak itu, saya dan Livany sering bercinta di rumahnya atau rumah saya, bahkan pernah beberapa kali kami bercinta di dalam mobil. Pada saat hari libur, Livany mengajak saya dan beberapa temannya ikut berdarmawisata ke pulau Bali dan Lombok. Salah satu di antaranya bernama Alviana, orang Malang.

“Putri, kamu ikut tour besok nggak?” tanya Livany.
“Tentu dong, yang ke Bali dan Lombok kan?” jawabku.
“Iya dong, eh.. Kenalin nih, teman saya” ujar Livany memperkenalkan temannya.
“Alviana” katanya memperkenalkan diri.
“Putri” jawab saya sambil menjabat tangannya yang kuning langsat itu.
“Ayo Ny, sampai besok ya” jawab Livany menggandeng Alviana.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, saya dengan beberapa teman kantor jadi berwisata ke pulau Bali dan Lombok, juga ada Alviana dan Livany. Dari obrolan kami, saya ketahui bahwa Alviana itu umurnya baru 22 tahun, 170 cm/53 cm, dengan payudara 34C, orangnya cukup ramah dan sopan. Livany pernah bercerita pada saya bahwa Alviana adalah seorang lesbian sejati, sudah pernah beberapa kali pacaran, namun kandas di jalan hingga hatinya hancur lebur.
“Any, sini bentar Ny” panggil saya pada Any.
“Ada apa Put?”
“Tukeran duduk ya, Alviana di sini dan tas ini di tempatmu, gimana?” usulku.
“Enak saja, kapan lagi kesempatan gini datang”
“Please dong, kan kamu udah lama kenal sama Alviana”
“Iya deh, cuman aku boleh liat dong di sebelah..” canda Any sambil mencolek payudara saya dengan gemas.

Akhirnya dalam bis itu, saya yang mulanya duduk di belakang dengan tas besar entah siapa yang punya, dapat kesempatan duduk dengan Alviana yang cantik. Livany tak ketinggalan duduk di sebelah dengan tas besar yang sudah saya pindahkan. Alviana dalam perjalanan itu memakai rok jins hitam dengan kaos merah mudanya, sungguh serasi dengan bentuk tubuhnya yang proporsional.

Rupanya Alviana atau yang biasa saya panggil dengan Alvi senang curhat dengan saya, bahkan beberapa kali matanya mengarah pada payudara dan bawah rok jins biru saya yang agak naik ke atas, mungkin celana dalam saya yang berwarna putih polos kelihatan, tapi saya cuek saja. Bahkan saya sengaja beberapa kali menyingkap rok saya hingga paha saya yang putih kelihatan dengan jelas hingga Alvi salah tingkah memperhatikan rok saya.

Malam itu kami sudah melewati kota Probolinggo, saya lihat teman-teman sudah pada tidur karena kelelahan, sementara Livany memperhatikan saya sambil mengedipkan matanya beberapa kali. Di bis wisata itu yang duduk di belakang cuma saya, Livany, seorang teman lain dan beberapa barang bawaan yang menumpuk, sementara yang lain duduk di depan, tentu saja ada yang berpasangan.

Sementara itu Alvi rupanya sudah tertidur pulas dengan kepalanya bersandar pada bahu kanan saya hingga perasaan saya jadi tak enak karena napasnya yang harum dan lembut tercium oleh saya, di samping itu posisi duduknya yang sungguh membuat dada saya berdebar-debar karena kakinya menopang pada paha saya. Dengan perlahan saya menyelimutinya hingga kami berdua tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja yang kelihatan. Tangan kanan Alvi saya pegang dan saya di tempatkan payudara saya. Tiba-tiba Alvi membuka matanya dan menatap saya tajam.
“Eh.. Eh.. Vi.. Belum tidur ya?” tanya saya tergagap-gagap karena kaget melihatnya bangun tiba-tiba.
“Iya Mbak, belum ngantuk nih” jawabnya tersenyum ramah dan tidak melepaskan tangannya dari payudara saya, padahal saya sudah horny.

“Jangan panggil Mbak dong, panggil Putri saja ya”
“Iya deh, Putri udah punya pacar belum?” tanyanya.
“Belum, emangnya kenapa?”
“Masak, cewek secantik kamu belum punya pacar!”
“Emang belum, kamu sendiri?”
“Udah pernah sih, cuma sering putus, lebih suka sahabatan sama cewek”
“Oh gitu ya..”
“Ka, boleh nggak Alvi peluk?” pintanya.
“Boleh saja, terserah Alvi deh” gumam saya pelan karena Alvi dengan pelan meremas payudara saya dengan gemas, bahkan sudah masuk dalam BH saya dan meremasnya dengan lembut.
“Sstss.. Vi..” desisku.
“Gimana Ka?” tanya Alvi yang berusaha membuka BH saya.
“Enak Vi.. Sstss.. Saya boleh..” belum sempat Alvi menjawab, tangan saya sudah masuk ke dalam roknya dan membelai memeknya yang masih memakai celana dalam.
“Sst.. Ka.. Ayo dong..” ajak Alvi menuntun tangan saya untuk masuk lebih dalam dan menyentuh memeknya.

Akhirnya saya dan Alvi saling meremas payudara dan menyentuh memek hingga Alvi duluan orgasme karena tak tahan dengan jari-jari saya yang keluar masuk memeknya dengan cepat. Livany yang dari tadi memperhatikan saya, juga ikut-ikutan merogoh payudaranya sendiri. Belum sempat saya orgasme, bis itu sampai Denpasar, dan kami memesan kamar masing-masing untuk esok paginya kami lanjutkan dengan pesiar keliling pulau Bali.

“Gimana nih Vi, saya kan belum..”
“Tenang saja Ka, gimana kalau kita tidur berdua?” jawab Alvi santai karena tahu bahwa saya belum puas.
“Iya deh”
“Saya boleh ikut nggak? Boleh ya??” rengek Livany tiba-tiba mendekati kami.
“Boleh saja, gimana Vi, Any boleh ikut nggak!?” tanya saya pada Alvi.
“Okey, pasti tambah asyik ya” jawabnya sambil mengedipkan mata pada saya.

Jadilah saya memesan kamar bertiga dan setelah kami diberi pengarahan dari pemandu wisata agar bangun jam 08.00, maka saya langsung masuk kamar. Setibanya di kamar dan menaruh tas, saya peluk Alvi dan menghimpitnya ke tembok hingga payudara saya yang montok menempel ketat pada payudaranya.
“Udah nggak sabar nih yee..” goda Any sambil memeluk saya juga dari belakang dan langsung mencium leher saya dengan ganas.
“Vi.. Kamu..”
“Udah ka, ayo kita terusin yang tadi” jawab Alvi sambil melumat bibir saya dengan ganas.
“Mmh..”

Alvi yang mencium saya dengan ganas itu juga tak kalah gesitnya mencoba kembali membuka BH saya yang akhirnya terlepas juga ke bawah, tangannya dengan terampil kembali meremas-remas payudara saya, di samping itu Any berusaha melepas rok jins dan celana dalam saya hingga saya yang pertama-tama bugil duluan. Entah siapa yang memulai duluan, tahu-tahu saya sudah berada di tempat tidur dengan payudara saya yang dijilati Alvi dengan lincah, bahkan Any pun juga sudah bugil dan sekarang sedang menjilati memek saya dengan lahap.

“Sst.. Uuh.. Mmh..” rintih saya keras karena tak tahan diperlakukan oleh dua orang wanita cantik yang menjilati bagian sensitif saya.
Beberapa menit kemudian saya pun tak tahan dan mengalami orgasme yang pertama. Alvi juga minta ganti posisi di bawah untuk kami kerjai yang saya bagi tugas dengan Any, saya bagian menjilat memeknya dan Any bagian payudara dan bibirnya. Beberapa menit permainan itu kami lanjutkan dengan cara saling berganti posisi.

“Ka.. Sstss.. Geli.. Ahh.. Ssts”
“Ssts.. Mmh.. Jilat yang itu.. Ya..” rintih Alvi yang sedang berjongkok karena memeknya dijilat oleh Any.
“Sstss.. Go.. Yang .. Ny.. Sstss..” desis saya meminta Any yang memeknya sedang saya gesek-gesekkan dengan memek saya untuk menggoyang pinggulnya lebih keras.

Permainan demi permainan kami lewati hingga akhirnya saya meminta Alvi memasang kontol plastik yang bisa bergetar itu pada memeknya. Bentuknya seperti celana dalam yang di tengahnya ada kontol plastik.

“Sstss.. Pelan.. Vi.. Argh..” jerit saya karena Alvi memasukkan kontol buatan itu terlalu cepat pada memek saya.
“Mmh.. Gimana Ka, enak..?”
“Ssts.. Ya, ayo..” perintah saya setelah Alvi memasukkan kontol plastik itu dan mendorongnya keluar masuk hingga saya merasa nikmat dan menjepit kontol plastik itu dengan keras hingga dinding memek saya berdenyut-denyut.
“Sstt.. Ayo.. Vi.. Lebih cepat lagi..” pintaku.
“Sstss.. Mmh.. Sstss.. Argkk..” jerit saya melengking karena cepatnya Alvi memasukkan kontol plastik itu hingga saya orgasme berulang-ulang yang ditambah lagi rangsangan pada payudara saya yang dijilat dan dikulum oleh Livany sambil tangannya tak henti-hentinya juga meremas payudara Alvi.

Memek saya mengeluarkan lendir berwarna putih, sungguh banyak sekali.

“Lega rasanya, nikmat juga pake kontol buatan..”
“Enak nggak rasanya Ka?” tanya Livany pada saya dengan mimik heran.
“Loh, kamu belum pernah toh An?” tanyaku.
“Belum tuch, biasanya sih cuma sama cewek saja”
“Nikmat kok rasanya, saya sering pake kalau lagi nggak ada pasangan” jawab Alvi sambil membersihkan kontol plastik itu untuk kami gunakan lagi.
“Gimana Ny, kamu coba deh, sini biar kucobain buat kamu..” bujukku pada Livany yang kelihatan masih ingin mencoba kontol buatan ini selain gaya enam sembilan favorit Livany dan saya.
Malam itu kami bertiga menguras habis energi untuk bercinta hingga ke kamar mandi, bahkan dengan senangnya saya bisa memandikan Alvi yang paling muda di antara kami bertiga.
“Pelan-pelan ya masukinnya” pinta Livany cemas.
“Tenang saja, nggak sakit kok” kata saya meyakinkan Livany yang melihat saya sudah memasang kan celana dalam berkontol itu di kemaluan saya.

Permukaan kontol plastik itu ada bintik-bintiknya yang tidak beraturan dan saya juga tidak begitu mengerti apa manfaatnya, mungkin saja untuk menambah rasa nikmat jika bersentuhan dengan dinding memek.

“Sst.. Mmh.. Sstss.. Aduh..” jerit Any pelan karena kontol itu terpeleset keluar bibir memeknya.

Akhirnya seluruh kontol plastik itu masuk ke dalam memek Any yang masih sempit itu, mungkin Livany masih perawan karena beberapa saat kemudian sedikit keluar darah. Memang selama saya bersahabat dengan Livany, Any jarang bergaul dengan teman pria, kebanyakan teman wanita seperti saya dan yang lainnya. Sedangkan Alvi pergaulannya luas termasuk dengan pria hingga memek Alvi sudah agak melebar dibandingkan dengan memek saya dan Livany.

“Ny, kamu masih perawan ya?” tanya saya serius pada Livany.
“Eh.. Iya.. Berarti kamu yang pertama melakukannya, Sayang” jawabnya mesra sambil mencium saya dengan lembut.
“Mmh..”

Saya berusaha maju mundur mengikuti aksi seperti yang di film BF, para pria memajumundurkan kontol nya ke dalam memek si wanita. Sambil memasukkan kontol buatan, saya meremas-remas payudara Any.

“Sstss.. Ter.. Us.. Sstss..”
“Sst.. Vi.. Ayo..” ajak Any sambil mengajak Alvi untuk berciuman dengan saya.
“Sstss.. Sstss.. Mmh..”

Sambil berciuman dengan Alvi, saya memasukkan kontol plastik itu keluar masuk dengan irama yang teratur hingga pantat Livany bergoyang pelan. Rupanya Any menikmati permainan kontol plastik itu hingga meminta saya agar cepat menaikkan tempo keluar masuknya kontol plastik itu dalam memeknya.

“Ayo Vi, isap puting saya”
“Iya, Ka..”
“Sstss.. Mmh..” rintih saya agak keras karena Alvi bukan saja mengisap puting saya, bahkan menggigit puting saya dengan gemas hingga saya merasa nikmat dan mendorong kontol plastik itu semakin cepat saja.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An.. Sstss.. Itu..” desis Any mengarahkan saya untuk menyodokkan kontol itu pada bagian lubang memeknya.
Permainan dengan Any membutuhkan waktu yang lama karena ia menahan irama birahinya hingga pinggul saya pegal-pegal, kemudian setelah saya lelah, saya menyuruh Alvi untuk ganti menindih Livany dengan kontol plastik itu.
“Vi, gantian ya, saya capek nih”
“Ya, ayo sini” jawab Alvi sambil memasang kontol itu dan langsung memasukkannya dalam memek Livany dan mereka pun bermain dengan bernafsu hingga Alvi melahap bibir Any dengan ganas.
Saya pun menyelipkan tangan di antara payudara mereka dan meremas-remasnya supaya Any cepat orgasme. Dan akhirnya Livany melepaskan ciuman Alvi dan memintanya agar lebih cepat.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Ayo.. Vi.. Cepetan..”
“Saya.. Sstss.. Mau.. Keluar.. Sstss..” rintih Livany hingga Alvi semakin mendorong dengan cepat kontol plastik itu hingga Any bergerak-gerak liar dan menjepit Alvi dengan kuat.
“Sstss.. Arghh..” jerit Livany melengking karena cairan putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya.

Pada jam 4 pagi baru kami tidur bersama, tentu saja dengan keadaan bugil dan kepuasan yang tiada tara. Dan kembali tour kami lanjutkan untuk wisata ke pantai Sanur dan pantai Kuta.



Cerita Seks, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita Lesbian, Cerita ML, Cerita Panas, Cerita Hot, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Sex, Kisah Seks, Cerita Panas Seks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar