Minggu, 21 Mei 2017

Cerita Mesum Dengan Bu Yasmin Guru SMA Ku

Cerita Mesum Dengan Bu Yasmin Guru SMA Ku

Cerita Mesum Dengan Bu Yasmin Guru SMA Ku

Cerita ini berawal dari reuni SMA saya di Jakarta. Setelah itu saya bertemu dengan guru bahasa inggris saya, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Yasmin masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu saya SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolah saya itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita.

Cukup lama saya ngobrol dengan Ibu Yasmin, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan sudah harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempat saya belajar waktu SMA dulu. Tiba-tiba Ibu Yasmin teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas.

Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Yasmin pun mengambil tasnya kemudian saya teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunan saya buyar ketika Ibu Yasmin memanggil saya.

“Kenapa Deva”

“Ah.. tidak apa-apa”, jawab saya.

Sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasrat saya bergejolak, apalagi ada Ibu Yasmin di samping saya, membuat jantung saya selalu berdebar-debar.

“Ayo Dev kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan”, kata Ibu Yasmin.

“Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya”, jawab saya dengan ragu-ragu.

“Terima kasih Dev”.

Tanpa sengaja saya mengutarakan isi hati saya kepada Ibu Yasmin bahwa saya suka kepadanya, “Oh my God what i’m doing”, dalam hati saya. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Yasmin terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Saya panik dan berusaha minta maaf. Ibu Yasmin ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Saya tertegun dengan pernyataan Ibu Yasmin.

Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Yasmin mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, saya pikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Saya semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Yasmin menolak. Saya merasa tidak enak lalu menunggunya, saya rangkul pundak Ibu Yasmin, dengan cepat Ibu Yasmin hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Yasmin mencium saya dan saya pun membalasnya.

Ohh... alangkah senangnya saya ini, lalu dengan cepat saya menciumnya dengan segala kegairahan saya yang terpendam. Ternyata Ibu Yasmin tak mau kalah, ia mencium saya dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja saya menyusuri dadanya yang besar, Ibu Yasmin terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru.

Ibu Yasmin memainkan tangannya ke arah batang kemaluan saya sehingga saya sangat terangsang. Lalu saya meminta Ibu Yasmin membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, saya tatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaan saya salah, dadanya yang saya sangka kecil ternyata cukup besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.

Karena tidak sabar maka saya cium lehernya dan kini Ibu Yasmin setengah telanjang, saya tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan saya nikmati keindahan tubuhnya. Saya pun membuka baju sehingga badan saya yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Inta.

“Deva, Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Dev, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.

Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat saya segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu saya kembali ke Ibu Yasmin. Kini saya jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tangan saya menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidah saya makin naik ke atas. Ibu Yasmin menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatan saya sampai di pangkal pahanya.

“Mau apa kamu sshh… sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kepala saya erat-erat.

“Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu Yasmin keenakan ketika lidah saya mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya.

Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam. Serangan pun saya tingkatkan. Celana dalamnya saya lepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mata saya, kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaan saya. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidah saya kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Yasmin makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya.

“Aahh… Kamu pintar sekali. Belajar dari mana hh…”

Tanpa sungkan-sungkan Ibu Yasmin mencium bibir saya. Lalu tangannya menyentuh celana saya yang menonjol akibat batang kemaluan saya yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Saya segera menjulurkan lidah saya, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya saya belit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Yasmin seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak saya biarkan. Mulut saya seperti melekat di mulutnya.

“Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?”, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar.

Saya tidak menjawab. Tangan saya mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkan saya, BH-nya saya lepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera saya pelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus.

“Nggak adil. Kamu juga harus telanjang..”

Ibu Yasmin pun melucuti kaos, celana saya, dan terakhir celana dalam saya. Batang kemaluan saya yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebahan, berguling-guling, saling menindih. Saya menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidah saya menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Yasmin mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya saya merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluan saya ke mulutnya.

“Gantian dong..”

Tanpa menunggu jawabannya segera saya masukkan batang kemaluan saya ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluan saya masuk ke rongga mulutnya.

“Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami main seksnya gimana?”, tanya saya sambil menciumi payudaranya.

Ibu Yasmin tak menjawab. Dia malah mencium bibir saya dengan penuh gairah. Tangan saya pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Saya tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun saya sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.

Tetapi lama-lama saya tidak tahan juga, batang kemaluan saya pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan saya mengarahkan barang saya yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, saya rasakan tubuh Ibu Yasmin agak gemetar.

“Ohh…”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluan saya masuk ke liang kenikmatannya.

Setelah seluruh barang saya masuk, saya segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Saya makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang. Tiga menit setelah saya genjot, Ibu Yasmin menjepitkan kedua kakinya ke pinggang saya. Pinggulnya dinaikkan, tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluan saya saya tingkatkan.

“Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya.

Saya biarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Saya ciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat.

“Sekarang Ibu Yasmin berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!”

Saya mengatur badannya dan Ibu Yasmin menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya.

“Gaya apa lagi ini?”, tanyanya.

Setelah siap saya pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Yasmin kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.

“Capek?”, tanya saya.

“Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulang saya”.

“Tapi kan nikmat Bu..”, jawab saya sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.

“Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, saya pengin masuk agar sperma saya keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluan saya. Sekarang Ibu Yasmin yang di atas”, kata saya sambil mengatur posisinya.

Saya terletang dan dia menduduki pinggang saya. Tangannya saya bimbing agar memegang batang kemaluan saya masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya saya naik-turunkan seirama genjotan saya dari bawah. Ibu Yasmin tersentak-sentak mengikuti irama goyangan saya yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsu saya. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme saya belum apa-apa. Posisinya segera saya ubah ke gaya konvensional. Ibu Yasmin saya rebahkan dan saya menembaknya dari atas. Mendekati klimaks saya meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluan saya.

“Oh Ibu Yasmin.., saya mau keluar nih ahh..”

Tak lama kemudian sperma saya muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Yasmin kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Saya rasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluan saya. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.

Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Yasmin harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa saya jemput.

Sore telah tiba, Ibu Yasmin saya jemput dengan mobil saya. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, saya mulai menciumi lehernya. Ibu Yasmin mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tangan saya pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Yasmin makin terengah, dan tangan saya pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jari saya mengelus belahan yang membayang.

“Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Yasmin menggelinjang, tapi gairah saya sudah sampai ke ubun-ubun dan saya pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.

Baca Juga : Cerita Sex Dengan Mahasiswi Yang Magang Di KantorkuCerita Sex Dengan Mahasiswi Yang Magang Di Kantorku


Aaahh..! Ibu Yasmin dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Saya segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Yasmin mengelus bagian belakang kepala saya dan erangannya yang tersendat membuat saya makin tidak sabar. Saya menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Saya pun segera membenamkan kepala saya ke tengah ke dua pahanya.

“Ehhh… mmmhh..”

Tangan Ibu Yasmin meremas jok mobil saya dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya saya cumbui. Sesekali lidah saya berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.

“Ooohh.., aduuuhh..”

Ibu Yasmin mengangkat punggungnya ketika lidah saya menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidah saya bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidah saya membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Yasmin terlonjak dan nafas Ibu Yasmin seakan tersendak. Tangan saya naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika saya berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Yasmin tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa saya membuka semua pakaian saya, dan kemaluan saya yang tegak teracung ke langit-langit, saya belai-belaikan di pipi Ibu Yasmin.

“Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”

Ketika Ibu Yasmin membuka bibirnya, saya jejalkan kepala kemaluan saya, kini iapun mulai menyedot. Tangan saya bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya.

“Oouuuh Ibu Yasmin.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.

Ibu Yasmin terus mengisap batang kemaluan saya sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluan saya yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 15 menit dia menghisap batang kemaluan saya dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar.

“Ibu Yasmin.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku.

Dia mengerti kalau saya mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, saya lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.. “Creet.., suuurr.., ssuuur..”

“Oughh.., Deva.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluan saya.

Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya saya juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil saya tahan kepalanya, saya semburkan mani saya ke dalam mulutnya, “Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali mani saya yang tumpah di dalam mulutnya.

“Aaahkk… ooough…”, ujarku puas.

Setelah istirahat sebentar, saya masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, saya pun naik ke atas tubuh Ibu Yasmin dan bibir saya melumat bibirnya. Aroma kemaluan saya ada di mulut Ibu Yasmin dan aroma kemaluan Ibu Yasmin di mulut saya, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, saya gesek-gesekkan kepala kemaluan saya ke celah di selangkangan Ibu Yasmin, dan sebentar kemudian saya rasakan tangan Ibu Yasmin menekan pantat saya dari belakang.

“Ohm, masuk.., augh.., masukin”

Perlahan kemaluan saya mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Yasmin semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluan saya terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Yasmin memekik kecil. Saya menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau.

“Aduhhh.., ssshh.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Dev”

Saya merangkulkan kedua lengan saya ke punggung Ibu Yasmin, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Yasmin sekarang duduk di atas pinggul saya. Nampak kemaluan saya menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Yasmin segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jari saya bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.

Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Yasmin makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambut saya, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluan saya. Setelah tubuh Ibu Yasmin melemas, saya mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, saya mengejar puncak orgasme saya sendiri.

Ketika saya mencapai klimaks, Ibu Yasmin tentu merasakan siraman air mani saya di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.


Cerita Mesum Dengan Bu Yasmin Guru SMA Ku, Kumpulan Cerita Dewasa Indonesia, Cerita Seks Terbaru 2017, Koleksi Foto Bugil Terbaru, Cerita Mesum Terbaru Indonesia, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep 2017, Cerita Dewasa Terbaru, Mesum Dengan Janda, Sex Terbaru Dengan Cewek Berhijab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar