Selasa, 23 Mei 2017

Cerita Seks Terbaru Pengalaman Pesta Seks

Cerita Seks Terbaru Pengalaman Pesta Seks

Cerita Seks - Di malam yang dingin dan gelap sepi, benakku melayang pada kisah cerita seks terbaru pengalaman pesta seks yang tak terlupakan.

Seperti biasa, malam hari sekitar jam 19:00, sepulang kerja aku selalu mencari tempat untuk makan, dan aku teringat oleh kata temanku yang baru siang tadi makan di WP. Karena jarak antara kantor dan lok agak jauh maka aku segera buru-buru melarikan Mobilku.

Sesampainya di sana aku agak bingung, karena begitu banyak Mobil dan buaya yang parkir. Tanpa pikir panjang kuparkir di tempat yang agak jauh. Mobil yang parkir di situ rata-rata adalah Mobil luar kota, kebanyakan plat L dan W. Ketika memasuki lok, di sana ada banyak meja yang kosong, sempat aku berpikir,

“Apakah aku salah tempat?”

“Ndut..” kulihat seorang teman memanggil diriku.

Aku biasa dipanggil enNdut oleh teman karena perut yang agak-agak buncit dikit, mungkin karena terlalu banyak minum x yach.

“Joko, ngapain di sini?” tanyaku ke Joko, karena kulihat di mejanya hanya ada sebotol Fanta.

“Lagi nunggu,” sahutnya.

“Nunggu apa? Makanan?” tanyaku penasaran.

“Lagi nunggu servis,” balasnya yang membuatku penasaran.

“Servis apa? Mobil?” tanyaku semakin penasaran.

“Lha kamu mau apa?” Joko balik bertanya.

“Makan,” jawabku polos.

“Wah kuno kamu, di sini ada servis selain makan dan minum,” balas Joko sambil menyeringai.

“Mas, mau pesan apa?” tanya seorang cewek yang sempat membuatku terkejut.

“Eh.. di sini ada apa aja?” jawabku.

“Di sini ada cewek,” sahut Joko seraya mengerlipkan sebelah mata kepada cewek tadi.

“Ah.. Mas Joko ini, genit ah.. kan pelanggan baru kalau nggak mau bagaimana?” jawab si cewek agak manja.

“Saya pesan nasi campur dan es jeruk yang lainnya nanti saja,” jawabku sambil memperhatikan cewek yang akhirnya kutahu namanya adalah Usi.

Usi adalah pegawai di warung itu, selain cantik juga mempunyai tubuh yang lumayan, tinggi; sekitar 170 cm, kulit; Intanih mulus, dada; sekitar 36, pinggul; seksi (apalagi kalau berjalan). Sambil makan dan berbincang, baru kutahu kalau si Joko ini sering ke sini, makanya dia berani menggoda Usi. Selesai makan Joko mengajakku ke sebuah ruangan di dalam warung itu, ruangan itu tidak terlalu lebar tapi sangat panjang dan memiliki banyak kamar dan hanya ada satu pintu untuk masuk dan keluar.

Kulihat Joko memasuki kamar pertama, dan ternyata di situ adalah tempat receptionis dan seorang wanita yang sedang menulis-nulis sebuah buku (sepertinya buku administrasi).

“Mbak, ada yang kosong?” tanyanya.

“Ada, ehm.. mau dua atau satu Pak, atau.. masing-masing dua?” sambil melihat ke arahku.

“Masing-masing satu aja, ini temanku baru pertama kali ke sini,” katanya.

“Oke, mau yang mana?” tanya wanita itu sambil memberikan foto-foto cewek lengkap dengan nama dan umur mereka di balik foto-foto itu.

“Eh.. kamu mau yang mana?” tanya Joko kepadaku.

Kemudian aku melihat separuh foto-foto itu karena yang separuhnya sedang dilihat Joko. Tak lama setelah kami bertukar foto, aku memilih sebuah foto yang dibaliknya ada nama Intan dan berumur 20 tahun.

“Oke, silakan tunggu di kamar 30 dan 31!” jawab wanita itu sambil memberikan kunci kamar nomor 30 kepadaku.

Sambil berjalan menuju kamar 30, aku sempat mendengar suara desahan nafas yang sangat kuhafal karena sering menonton film biru. Ketika aku sampai di depan pintu kamar seorang cewek cantik berusia sekitar 18 tahun menghampiriku dan bertanya,

“Mau sama Mbak Intan ya Mas?” tanyanya.

“Iya..” jawabku sambil mengamati wajah dan tubuh yang hanya mengenakan kaos ketat tipis tanpa BH dan celana ketat pendek (sepertinya celana untuk senam).

“Mas baru pertama ya ke sini?” tanyanya menyelidik.

“Iya.. kok tahu?” sahutku.

“Iya, tahu Dong kan yang masuk sini selalu saya perhatikan dan kebanyakan hanya om-om. Oh iya nama saya Permata. Situ siapa?” tanyanya.

“Aku Handoko. Masuk yuk, di dalam kan lebih enak!” sambil membuka pintu kamar dan menutup setelah Permata masuk.

Setelah berbincang dengan dia baru kutahu kalau dia anak pemilik warung yang tidak diperhatikan oleh orangtuanya karena sibuk dengan urusan warung, makanya dia berada di ruangan itu tanpa sepengetahuan orangtuanya. Tak berapa lama kemudian pintu kamar terbuka, ternyata Intan yang kupesan tadi.

“Maaf, lama menunggu ya,” kata Intan.

“Udah dulu ya Mas, Mbak Intan sudah datang, silakan bersenag-senang,” kata Permata.

“Lho, Permata nanti kalau ibu tahu kamu bisa dimarahi lho,” kata Intan.

“Cuek aja, yang penting bisa happy (sambil keluar dari kamar),” kata Permata.

“Mas sudah lama nunggu ya?” tanya Permata.

“Ah enggak kok, lagian kan ada Permata,” kataku.

“Saya ke kamar mandi dulu ya, Mas buka saja dulu pakaiannya supaya lebih rileks,” kata Intan.

Setelah Intan masuk kamar mandi, kubuka baju dan celana sampai telanjang bulat. Sambil menunggu kuperhatikan kamar itu, ternyata itu adalah kamar Intan, di sana banyak foto Intan sedang in action.

“Wah Mas kok gairah banget, nggak pakai pemanasan?” tanya Intan menyadarkanku dari lamunan. Ternyata Intan sudah tidak memakai apa-apa kecuali handuk yang hanya mampu menutupi dadanya yang kalau dilihat dia berukuran 34D itu, dan daerah liang senggamanya hanya tertutupi oleh bulu kemaluan yang tidak terlalu lebat.

“Mas, kok ngelamun?” tanya dia lagi.

“Wah tubuhmu bagus sekali,” jawabku.

Tanpa basa-basi kutarik tubuh itu dan kuciumi bibir tipis yang membuat wajahnya menjadi cantik. Intan tidak membalas ciuman pada menit pertama, tapi lama kelamaan dia mulai membalas ciumanku dengan sangat buas.

“Mas rebahan di kasur ya! biar bisa isep itu,” sambil menunjuk ke arah kemaluanku yang tak terasa sudah mulai menegang.

Aku langsung saja tiduran dan dia membuka handuk yang menempel tadi dan menjatuhkannya di lantai. Ternyata aku salah menilai susu yang besar itu, ternyata berukuran 36D. Setelah menaiki kasur dia langsung menciumi bibirku dan perlahan mulai turun dan akhirnya dia mengulum batang kemaluanku yang berukuran sekitar 15 cm itu. Aku pun menikmati permaiPermata itu, secara perlahan dia mulai menaikiku dan mengarahkan batang kemaluanku yang sudah siap perang ke arah lubang kemaluannya.

“Bless..” dan,

“Ah..” Intan mendesah sambil memejamkan matanya. Agak lama dia terdiam dan aku merasakan sesuatu yang memijit batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya. Dia mulai membuka mata dan menaik-turunkan pinggulnya.

“Ah.. ah.. ah.. Mass.. ah.. ennaaknyaa.. ah..” sambil terus menaik-turunkan pinggulnya. Sampai akhirnya dia menjerit

“Mass.. aku.. mauu.. keluuarr.. ah..” kurasakan ada cairan yang menyemprot kemaluanku dengan derasnya. Namun aku masih belum bisa menerima perlakuan ini, aku ganti posisi sehingga aku berada di atas dan dia membuka kakinya lebar-lebar seakan menyambut kedatangan kemaluanku.

“Ayo Mas, puaskan Mas, basahi kemaluan ini Mas.” Tanpa ba bi bu, aku langsung menggenjot dia sehingga dia mengalami klimaks yang kedua kalinya.

“Aaah.. aah.. aah.. Maass..”

“Intan.. aku.. su.. dah.. nggak.. kuaat.. ah..” Kuakhiri kata-kata terakhir sambil memuncratkan spermaku ke dalam lubang kemaluannya.

“Mas ini kuat sekali ya, aku belum pernah seperti ini,” katanya sambil lubang kemaluannya memijit batang kemaluanku yang masih tegang di dalam.

“Aku juga Intan, belum pernah merasakan yang seperti ini (hanya alasan supaya senang).” Dan kami melakukannya sekali lagi karena kemaluanku masih tegang dan dipijat terus oleh lubang kemaluannya, jadinya tidak bisa tidur walau sudah keluar.

Setelah selesai aku membersihkan diriku di kamar mandi. Selesai mandi aku keluar kamar dan melihat Intan tertidur, aku langsung saja keluar kamar, eh.. ternyata Joko sudah lama menungguku dan dia sudah membayar ongkos service tadi. Aku pun pamit dan berterima kasih pada Joko karena sudah malam dan besok masih ada pekerjaan yang menunggu di kantor.

Pada hari Sabtu sore aku berjalan-jalan di sebuah pertokoan di dekat alun-alun. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 18.00 dan perutku sudah mulai lapar. Ketika mencari sebuah rumah makan aku melihat ada seorang gadis yang duduk sendiri membelakangiku dan tampaknya gadis itu adalah Permata anak dari yang punya WP, dan kusapa dia.

“Hi, Permata..” sapaku.

“Oh, Mas Handoko..” kata Permata.

“Sendiri?” tanyaku.

“Nggak, sama teman,” jawabnya.

“Sama pacar?” tanyaku lagi.

“Pacar? belum punya tuh,” katanya.

Tak lama kemudian ada sepasang muda-mudi yang bergandengan tangan ke arah kami.

“Mas kenalin ini teman saya Lidya dan Angga,” kata Permata.

“Hai saya Handoko,” kataku memperkenalkan diri.

“Saya Lidya,” kata Lidya.

“Angga,” kata Angga.

“Kok lama banget sih, kamu lagi pesan atau buat masakan?” tanya Permata.

“Kan antri non,” kata Lidya.

“Permata, kamu nggak pesan?” tanya Angga.

“Sudah tadi (ketika sedang berduaan),” kataku.

“Permata, kamu nanti ikut kami nggak? Berempat kan asyik,” kata Lidya.

“Tanya dulu Dong, masa langsung angkut. Mas Handoko ada acara nggak?” tanya Permata.

“Nggak ada,” kataku.

“Mau ikut kami?” tanya Permata.

“Ke mana?” tanyaku.

“Ada deh,” kata Permata.

“Boleh, lagian besok libur kantor, nganggur,” kataku.

Sambil makan aku memperhatikan Lidya yang tak kalah cantik dibanding Permata, tingginya sekitar 160 cm, dadanya sekitar 34, kulitnya coklat, pinggulnya agak kecil (lumayan). Setelah makan kami menuju ke areal parkir. Karena masing-masing bawa Mobil (aku dan Angga) maka aku satu Mobil sama Permata karena dia yang tahu mau ke mana. Saat di dalam mobil dia banyak cerita tentang temannya yang akhirnya kutahu kalau mereka itu sedang berpacaran dan sudah bertuPermatagan. Ketika akan melewati sebuah hotel Permata menyuruhku untuk masuk ke dalam hotel itu.

“Mau nginap?” tanyaku.

“Ya ke sini ini tujuan kita,” kata Permata.

Sambil mencari tempat parkir aku berpikir kalau aku sedang mendapat kejutan akan berkencan dengan seorang gadis yang cantik dan gratis karena dia yang mengajak. Setelah menemukan tempat yang aman dari teman sekantor, kami masuk ke dalam dan teman Permata sudah memesan sebuah kamar VIP. Kami pun berjalan mengikuti belboy yang menunjukkan di mana kamar kami. Sesampainya di kamar, Angga memberi tip kepada belboy dan menutup pintu kamar. Kamar yang unik menurutku (karena belum pernah masuk), ada dua kasur besar di dalam dua ruangan tanpa pintu yang berseberangan, sebuah ruang tamu lengkap dengan TV, kulkas, AC dan sebuah meja kecil dengan telepon.

Kami berempat duduk berpasangan di ruang tamu, aku dengan Permata dan Angga dengan Lidya. Tanpa menunggu aba-aba Angga langsung menciumi Lidya, dan kurasakan tangan Permata mulai membelai pahaku. Aku pun langsung memeluk Permata dan menciumi bibir sensualnya. Permata pun membalas ciuman itu dengan buas dan liar bagai singa sedang memakan mangsanya. Kemudian Lidya bertanya,

“Permata, kamu kamar yang mana?”

“Terserah deh, pokoknya ada kasurnya,” kata Permata.

“Aku masuk dulu ya,” kata Lidya.

“Aku juga ah.. nggak enak di sini,” kata Permata.

Sambil menarikku ke dalam kamar dan membaringkan aku dengan sedikit mendorong.

“Mas, aku akan servis kamu lebih dari yang pernah kamu alami,” kata Permata.

“Boleh aja, asal bisa tahan lama,” kataku.

Permata membuka pakaiannya sambil melenggak-lenggokkan pinggul layaknya seorang penari striptease. Setelah pakaiannya habis dia berjongkok sambil menciumi batang kemaluanku yang sudah tegak di dalam celana. Sambil menciumi dia membuka celana dan aku membuka baju sampai telanjang bulat. Dia langsung menciumi dan menjilati kemaluanku yang sudah tegak berdiri dengan gagahnya.

“Mas besar sekali?” tanya Permata.

“Tapi enakkan..” kataku.

“Iya..” katanya.

Kemudian kutarik tubuhnya sehingga aku dapat menciumi lubang kemaluannya dan dia tetap dapat mengulum kemaluanku.

“Mas.. lidahnya.. nakal.. auw.. ah..” katanya sambil mendesah.

“Kamu juga pintar mainin lidah,” kataku.

“Mas.. masukin.. aja.. ya.. aku.. pingin.. ini..” kata Permata.

Sambil memutar tubuhnya, sayub-sayub aku mendengar jeritan nikmat dari kamar seberang.

“Ah.. Mas.. nikmat.. Mas.. ah..” katanya ketika batang kemaluanku masuk dan sambil menaik-turunkan pinggulnya aku merasakan batang kemaluanku mendapat hisapan yang sangat kuat.

“Mas.. oh.. ah.. Mas.. enak.. ah..” desah Permata.

“Ka.. muu.. juga..” selang agak lama dia mulai mempercepat genjotannya dan akhirnya dia orgasme.

“Ah.. Mas.. ah.. enak..”

Aku tahu dia sudah lemas, maka aku membalikkan tubuhnya sambil batang kemaluanku tetap di dalam dan mulai menggenjot tubuhnya.

“Oh.. Mas.. yang keras.. Mas.. ah..” dia berkata sambil mengangkat kedua kakinya sehingga aku dapat menciumi betisnya.
Tak berapa lama,

“Mas.. aku.. mau kegh.. luar.. ah.. Mas.. nggak.. kuat..” teriaknya.

“Ta.. han.. sebentar ya.. aku.. juga.. hmmff,” aku mempercepat gerakan dan akhirnya..

“Mas.. ah.. aku.. keluar.. Mas.. aagh.. hmmff.. hmmff..”

“Ah.. ah.. oh..”

Kami mengeluarkan secara bersamaan dan aku mencium keningnya dan dia pun membalas mencium dadaku sambil sedikit menggenjot secara halus untuk mengeluarkan sisa sperma yang belum keluar.

“Plok, plok, wah hebat bener sampai Permata harus dua kali keluar,” kata Lidya yang sedang memperhatikan kami, ternyata dia dan Angga sudah lama menonton pertandingan kami dan kami tidak menyadarinya.

Setelah membersihkan diri kami berkumpul di ruang tamu sambil berbincang tanpa sehelai bePermatag yang menempel.

“Gimana Permata enak?” tanya Lidya.

“Luar biasa Er, aku belum pernah seperti ini,” kata Lidya.

“Kalau sama aku?” tanya Angga.

“Kamu sih nggak ada apa-apanya sama dia?” kata Permata sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.

“Masa?” tanya Angga.

“Iya, punya dia kan lebih besar dan lebih lama,” kata Permata.

“Kalau lama aku mungkin bisa kan biasanya melayani kalian berdua jadinya capek kan,” kata Angga.

“Gimana kalau Permatati kita tukar, aku sama Handoko dan kamu (Permata) sama Angga,” kata Lidya.

“Wah rugi aku dapat Angga,” kata Permata.

“Menghina ya,” kata Angga.

“Nggak pa-pa Permata, aku kan juga pingin ngerasain,” kata Lidya.

“Kamu mau nggak Mas?” tanya Permata kepadaku.

“Boleh, tapi biasanya yang kedua lebih lama,” kataku.

“Waduh, rugi dua kali nih,” kata Permata.

“Kamu kan kapan-kapan bisa berduaan lagi, kalau aku kan mau menikah,” kata Lidya.

“Iya deh,” kata Permata.

Setelah itu Lidya dan Permata bertukar tempat dan sekarang Lidya berada dalam pelukanku sedangkan Permata bersama Angga. Selang agak lama berbincang-bincang Lidya mulai meraba-raba dadaku dan memberikan ciuman kecil pada pentilku.

Aku pun membalas dengan membelai lembut buah dada yang tampak menggairahkan itu. Tak lama kemudian Angga menggenDong Permata dan membawanya memasuki kamar tempat Lidya dan Angga bermain pada mulanya. Sedangkan Lidya semakin buas dan segera mengulum batang kejantananku yang masih tidur dengan nyenyaknya.

Aku pun menikmati perlakuan yang diberikan Lidya kepada batang kejantaPermata yang sekarang setengah tiang itu. Tampaknya Lidya sangat ahli dalam hal mengulum, buktinya tidak lama kemudian adik kesayanganku itu terbangun dalam keadaan siap tempur. Aku menjadi tidak sabar dengan keadaan itu maka dengan gairah yang besar kugendong tubuh Lidya menuju ke kamar yang satunya lagi.

Di dalam kamar langsung kulempar tubuh itu ke atas kasur dan aku pun mulai menciumi daerah liang senggama Lidya yang sudah terlihat sangat merangsang.

“Emh.. emh.. ahh..” tampaknya Lidya mulai merasakan rangsangan yang aku berikan.

“Mas.. aku.. pingin.. Mas.. ah..” setelah berkata, dia langsung membalikkan badannya dan sekarang posisi kami saling berhadapan dengan dia di atas dan aku di bawah.
Dia mulai mengarahkan batang kemaluanku ke arah kemaluannya dan..

“Ahh..” amblaslah batang kemaluan yang lumayan besar itu. Tanganku pun tak mau tinggal diam, meremas-remas buah dada yang sedang mengayun-ayun di atas dadaku.

“Emh.. ah..” dia pun mulai memainkan pantatnya. Tak berapa lama dia mengejang dan menurunkan pantatnya sampai batang kemaluanku amblas tak terlihat, rupanya dia sudah orgasme, tapi dia tidak seperti habis orgasme tetap menaik-turunkan pantatnya malah semakin cepat. Aku pun merasa nikmat dan dalam waktu singkat aku pun orgasme.

Kami pun tertidur kelelahan sambil kemaluanku tetap di dalam liang senggamanya dan kepalanya berada di dadaku. Keesokan harinya kami pulang ke rumah masing-masing, dan sejak kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Lidya lagi, begitu juga Permata, entah kemana mereka, seolah hilang ditelan bumi.

Maka aku pun hanya bisa membayangkan tidur bersama mereka berdua. Dan aku semakin sering datang ke lok barangkali bisa bertemu Permata, kalaupun tidak bertemu masih ada keistimewaan dari warung itu, makan sambil ngeseks. Sekian

Cerita Seks Terbaru, Cerita Mesum Indonesia, Cerita dewasa Bergambar, Cerita Seks Indonesia, Cerita Sex Indonesia Terbaru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar