Senin, 22 Mei 2017

Cerita Sex Wanita Penuh Nafsu Birahi

Cerita Sex Wanita Penuh Nafsu Birahi
Cerita Sex Wanita Penuh Nafsu Birahi


Cerita Sex - Entah kenapa, semakin aku sering melakukan Making Love dengan seseorang, membuat kehidupan sex aku bersama istriku semakin romantis saja. Dan entah semua itu semakin bisa aku nikmati. Mungkin semua ini adalah dampak dari terlalu tingginya libidoku sehingga saat aku lagi mood, tidak jarang setelah siangnya atau sorenya aku melakukan dengan teman kencanku, malamnya aku ganti menservice istriku.

Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta. Ditambah pengetahuan sex aku yang aku dapatkan dari film BF, buku-buku sampai obrolan-obrolan dengan teman di kantor, membuat aku semakin bisa menyelami tentang apa itu sex.

Sehingga aku benar-benar fasih dalam menerjemah apa yang aku dapat dari pengetahuan tentang sex. Itu terbukti dengan keluarnya banyak pujian dari para teman making love aku. Rata-rata mereka sangat puas saat bercinta denganku, dan mereka menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan dalam masalah sex.

Cerita Sex Wanita Penuh Nafsu Birahi ini berawal dari perkenalanku dengan seorang ibu rumah tangga, yang entah bagaimana ceitanya ibu rumah tangga tersebut mengetahui nomor ponselku. Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di kantin, tiba-tiba ponselku berbunyi.

“Hallo, selamat siang Derry” suara perempuan yang manja terdengar.

“Hallo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.

“Namaku Dinda” kata perempuan tersebut mengenalkan diri.

“Maaf, Mbak Dinda tahu nomor HP saya darimana?” tanyaku menyelidik.

“Oya, aku temannya Yuli dan dari dia aku dapat nomor kamu” jelasnya.

“Ooo, Mbak Yuli” kataku datar.

“Gimana kabar Mbak Yuli?” tanyaku.

“Baik, dia titip salam kangen sama kamu” jelas Dinda.

Sekitar 5 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang yang sudah kenal lama. Suara Dinda yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisik dari wanita tersbut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Dinda membuyarkan lamunanku.

“Hallo.. Derry, kamu masih disitu?” tanya Dinda.

“Iya.. iya Mbak..” kataku gugup.

“Hayo mikir siapa, lagi mikirin Yuli ya?” tanyanya menggodaku.

“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Dinda tuh” celetukku.

“Masa sih.. Jadi GR nih” dengan suara yang menggoda.

“Derry, boleh kan kalau aku mau ketemu kamu?” tanya Dinda.

“Boleh aja Mbak.. Dengan senang hati” jawabku semangat.

“Oke deh, kita mau ketemuan dimana?” tanyanya semangat.

“Terserah Mbak deh, Derry ngikut aja” jawabku pasrah.

“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso di Tunjungan Plasa” katanya.

“Oke, sampai nanti Derry.. Aku tunggu jan 18.00” sambil berkata demikian, HP nya langsung off.

Waktu menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya aku pulang kantor dan segera meluncur ke Tunjungan Plaza. Sebelumnya aku prepare di kantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, memang setiap hari aku membawa karena memang aku sering olahraga setelah jam kantor.

Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku yang butut di lantai 3. Jam di tanganku menunjukkan pukul 18 kurang seperempat. Aku segera menuju ke Starbucks seperti yang dikatakan Dinda.

Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar kaca, sehingga aku bisa melihat orang hilir mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya ini. Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengah baya yang duduk sendirian. Menurut tebakan aku, wanita ini berumur sekitar 35 tahun ke atas. Wajahnya yang luDindan putih, membuat aku tertegun. Mataku yang mulai nakal, berusaha menjelajahi pemandangan yang sangat menggiurkan di depanku. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih di balik rok mininya, membuat semakin aku gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya aku jika orang tersebut adalah Dinda yang menghubungi aku siang tadi.

Disaat aku membayangkan sosok di depan mataku, tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdegup kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

“Maaf, kamu Derry ya?” tanyanya sambil menatapku.

“Iy.. iyaa.. Kamu Dinda?” tanyaku balik sambil berdiri.

Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesir ketika tangannya yang halus meremas tanganku dengan halus.

“Silahkan duduk Dinda” kataku sambil menarik satu bangku di depanku.

“Terima kasih” kata Dinda sambil tersenyum.

“Dari tadi anda duduk disitu kok tidak langsung kesini?” tanyaku.

“Aku tadi sempat ragu, apakah kamu memang Derry” jelasnya.

“Aku tadi juga berpikir, apakah wanita yang cakep ini kamu?” kataku sambil senyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling canda, saling menggoda dan sesekali bicara yang ‘nyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah sempurna saja wajahnya yang semakin matan.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Dinda adalah seorang wanita yang sedang tugas di Surabaya. Dinda adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 3 hari dinas di Surabaya.

“Din, kamu kenal Yuli dimana?” tanyaku mnyelidik.

“Yuli adalah teman chattingku di YM, aku dan Yuli sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga untuk kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun.” mulut mungil Dinda menjelaskan dengan penuh semangat.

“OOo, begitu..” kataku sambil manggut-manggut.

“Ini adalah hari pertamaku di Surabaya dan aku berencana menginap 3 hari, sampai urusan kantorku selesai” jelasnya tanpa aku tanya.

“Sebenarny tadi Yuli juga mau dateng tetapi karena ada acara keluarga, mungkin besok baru bisa dateng” jelasnya kembali.

“Memang Mbak Dinda nginap dimana?” tanyaku.

“Kebetulan sama perwakilan kantor disini, di bookingin di Hotel E..” jelasnya.

“Mmm, emang Mbak sama sapa sih?” tanyaku menyelidik.

“Ya sendirilah, Derry.. Makanya saat itu aku tanya Yuli” kata Dinda.

“Tanya apa?” tanyaku mengejar.

“Apakah punya teman yang bisa temanin aku selama di Surabaya” kata Dinda.

“Dan dari situlah aku tahu nomor celluler kamu” lanjutnya.

Tanpa terasa jam tanganku menunjukkan pukul 21.15 wib, dan aku liat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mau tutup.

“Der.. Kamu mau anter aku balik ke hotel?” tanya Dinda.

“Boleh, masa iya aku tega biarin Mbak Dinda sendirian balik ke hotel” kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke Hotel E.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Tunjungan Plaza. Aku dan Dinda bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan sesampainya di kamar nomor 306, Dinda menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang menggugah syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika aku berjalan di belakangnya.

“Silahkan duduk Dan, aku mau mandi dulu” kata Dinda sambil melempar tas kecilnya, diatas ranjang.

Mataku menyelidik, apakah benar Dinda sendirian dalam kamar. Dan memang benar kelihatannya dia sendirian. Aku lihat kopor kecilnya yang masih rapi, nampak hanya beberapa helai gaun yang berada di atas ranjang. Saat mataku masih asyik menjelajahi ruangan kamar Dinda, tiba-tiba sesosok tubuh yang jenjang dengan hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi tubuhnya yang molek.

“Derry, aku minta tolong nih buangan airnya di bathup nggak bisa dibuang” kata Dinda sambil tetap berdiri di muka pintu kamar mandi.

Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar mandi. Ketika aku melewati tubuh Dinda, mataku yang nakal sedikit mencuri pandang di belahan dada Dinda yang terkesan menyembul keluar karena terhimpit ketatnya handuk yang menutupi tubuhnya. Aroma sabun lux kuning merasuk menusuk hidungku, aku segera menuju bathup yang dimaksud oleh Dinda.

Aku menggunakan tangkai sendok untuk mencungkil karet penutup bathup yang memang rapat sekali. Aku berusaha membuka secepatnya karena pikiran kotor mulai menjejali otakku. Dan akhirnya”sswaasshh..” suara air langsung keluar ketika karet penutupnya sudah terlepas.

“Oke Din.. Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin mandinya” kataku sambil masih membelakangi tubuh Dinda yang sedang berdiri di belakangku. Ketika aku membalikkan badanku, betapa kagetnya aku dengan pemandangan di depan mataku. Tubuh Dinda tidak dibalut lagi oleh handuk putih yang melekat di tubuhnya tadi.

“Ma-Maaff.. Aku mau keluar Din” kataku gugup.

Dinda tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku jalan. Wanita itu langsung berhamburan memeluk tubuhku, dan merangkul leherku dengan erat.

“Dan, Yuli sudah ceritakan kehebatan permainan sex kamu” aroma bau mulutnya yang segar, membuat jantungku semakin berdetak kencang.

“Mmm, anu Mbak.. Mungkin Yuli terlalu berlebihan” kataku.

“Berikan aku kenikmatan itu Dan..” sambil berkata demikian, bibir mungil Dinda langsung mendarat di bibirku. Lidahnya yang liar serasa menggeliat mencari lidahku.
Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi, langsung menyambut keliaran lidah Dinda. Tanganku yang tadi hanya berdiam diri, sekarang aku beranikan memeluk tubuhnya yang sexy bagaikan Britney Spears. Aku merasakan dadanya yang montok mendesak dadaku yang bidang. Sesekali tanganku mulai semakin berani menjelajahi pinggul Dinda, pantatnya yang masih terlihat kencang walaupun sudah menginjak 35 tahun. Aku meremas pantatnya berkali-kali sehingga hal itu membuat nafsu Dinda semakin naik.

Bibirku yang sudah mulai murka dan terbawa birahiku yang mulai merangkak ke kepalaku. Lehernya yang jenjang menjadi sasaran empuk bibirku yang mulai menari-nari di atasnya.

“Ooohh.. Derry.. Geelli..” desah Dinda.

Serangan bibirku semakin menjadi di leher Dinda, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhkan sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buat bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku semakin terbawa dalam aliran birahi yang meledak-ledak, bibir Dinda yang mulai terasuki nafsu birahinya sendiri mulai ganas melahap bibriku.

Jari jemarinya yang lentik, sepertinya terlatih untuk membuka semua kancing yang menempel di hem yang aku kenakan., Disaat aku mulai telanjang dada, bibirnya mulai menjalar ke arah leherku dan sesaat kemudian bibirnya sudah mendarat pada dadaku. Jilatan lidahnya yang semakin liar, sepertinya tidak ingin menyisakan sedikitpun dada bidangku.

Darahku mendesir hebat hingga membuat aku terangsang hebat, ketika lidahnya menari di puntingku. Daerah yang paling sensitif di tubuhku, yang bisa menggugah nafsu birahiku secara sepontan.

“Ohh.. Din.. Aaakh” aku merintih sambil menekan tengkuknya ke dada bidangku.

Dinda benar-benar sudah di kuasai oleh birahi yang tinggi, dan tanpa aku sadari ketika aku sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata Dinda sudah melepas jeans yang aku pakai sebelumnya, sehingga sekarang aku hanya menganakan celana dalam saja. Lidahnya semakin lama semakin ke bawah dan sampailah lidahnya memainkan pusarku. Tangannya meremas kedua pantatku sehingga aku benar-benar terangsang hebat. Dengan gaya yang sudah fasih, giginya berusaha menarik celana dalamku dari depan. Kedua tanganya dengan mudah menarik CD ku dari belakang.

“Gila.. Pantes Yuli puas, habis kemaluanmu gede seperti ini” kata Dinda memuji.

Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan diri dari belenggu CD yang membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku melihat kebawah dan melihat Dinda yang sedang tertegun dengan besarnya kemaluanku. Kemaluanku berdiri tegak sekali dan sesaat kemudian.

“Mmm.. Srup.. Srupp” mulut Dinda yang mungil mulai mengulum batang kemaluanku.

“Aakhh.. Din.. Nikmmaat.. Sekkalii” rintihku.

Tanganku menekan dalam-dalam kepala belakang Dinda, utnuk memudahkan bergerak maju mundur dan ketika kemaluanku benar-benar terlean dalam mulut Dinda, kenikmatan yang luar biasa aku rasakan ketika ujung kemaluanku menthok pada dasar mulut Dinda.

“Sss.. Diiin.. Uhh” aku mendesah kenikamatan.

Dinda tidak mempedulikan desahan, rintihan dan eranganku, wanita itu denagn buasnya mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral batang kemaluanku. Sampai aku tidak kuat berdiri. Setelah Dinda puas dengan aksinya, Dinda bangkit dari posisi pertama yang sebelumnya jongkok di bawah selangkangan aku. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan untuk mendorong tubuhnya sehinga tubuh Dinda terduduk di kloset. Aku langsung jongkok dan membuka kedua pahanya yang putih. Lubang kemaluannya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat.

Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesir hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan ke permukaan bibir kemaluan. Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tubuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati kemaluannya.

“Sss.. Derry.. Nikmaat sekali.. Ughh..” rintih Dinda.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku di ujung clitorisnya. Gerak tubuh Dinda yang terkadang berputa-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin berani menghujam lebih dalam ke lubang kemaluannya.

“Derrryy.. Gilaa banget lidah kamu..” rintih Dinda.

“Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan..” pintanya.

Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang kemaluannya, sesekali aku memancing clitorisnya untuk segera keluar dari persembunyiiannya. Paha Dinda dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilat, mengulum, dan sesekali menghisap dalam-dalam clitorisnya. Aku perhatikan Dinda merem melek menikmati nakalnya lidahku dan sesekali aku perhatikanl, wanita tersebut mengigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejolak di hatinya.

“OOhh.. Derry, aku nggak tahan.. Ugh..” rintihnya.

Semakin Dinda merintih, mendesah dan mengerang, semakin membuat nafsuku bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan yang terasa asin, dan aku semakin bernafsu untuk menjilatinya.

“Deeerryy.. Deerryy.. Ooogghh..” Dinda merintih panjang.

Dibarengi dengan tubuhnya yang kejang-kejang, dan terasa pahanya menggapit kepalaku dengan kencang. Jari nya yang lentik meremas rambutkuyang sedikti gondrong.
Dinda terpejam sejenak menikmati lelehnya cairan yang meluber dari lubang kemaluannya, lidahku tiada henti menerima luapan cairan bening yang wangi tersbut. Seakan-akan aku tidak peduli dengan puncak kenikmatan yang didapat Dinda pertama kalinya. Dan ketika aku rasakan cairan tersebut sudah bersih, aku membimbing tubuh Dinda yang masih lemas. Aku mendekap tubuh Dinda dari belakang, kami berdua menghadap cermin.

“Ohh.. Derry..” Dinda mendesah ketika lidahku mulai menyentuh bagian belakang telinganya. Tangannya menggapai leherku, dan tanganku sepontan meraih buah dadanya dari belakang. Dengan sentuhan yang sangat halus, pantatnya yang sintal bergerak memutar di gesekan batang kemaluanku yang dari tadi masih tegang. Jari telunjuk kananku bergerak menggesek clitoris Dinda yang sduah mulai basah kemabli.

“Derrrryyy..” Dinda kembali mendesah.

Peralahan aku mengangkat kaki kanan Dinda dan aku sandarkan di wastafel kamar mandi. Sehingga Dinda hanya berdiri dengan satu kaki saja, batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaan Dinda dan sekali hentak.

“Bleesst..” kepala kemaluanku mengoyak kemaluan Dinda.

“Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali Der.. Punya kamu” Dinda merintih.

Perlahan aku bergerak maju mundur di lubang kemaluan Dinda, sampai akhirnya aku merasakan cairan yang cukup di lubang kemaluan Dinda. Sekali tekan “bless” seluruh batang kemaluanku masuk dalam lubang senggama Dinda dan bersama dengan itu, tubuh Dinda sedikit terangkat.

“Hekk.. Derryy.. Nikmatt sekalii.. Oooh” Dinda merintih kembali.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dinda menggelinjang hebat dan sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa di batang kemaluanku.

"Derryyy.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh” pinta Dinda.

Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang begitu menikmati tusukan batang kemaluanku semakin menjadi. Aku merasakan sekali ujung kemaluanku bergerak masuk sampai di ujung kemaluan Dinda.

Wanita tersebut menggoyang kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan kemaluanku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Kedua tanganku meremas kedua bukit kembar Dinda dan sesekali membantu pinggul Dinda utnuk berputar-putar.

“Derrrryyy.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh” tangan Dinda bersandar di cermin sedangkan kepalanya bergerak ke atas kebawah, kesmaping kiri kanan seperti orang yang lagi triping.

Beberapa saat kemudian Dinda seperti orang kesurupan dan ingin memcau birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Dinda semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyak dinding kemaluan Dinda.

“Derryy.. Terus.. Sayangg.. Jangan berhenti..” Dinda meminta.

Permainanku tersebut benar-benar memancing birahi Dinda untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Dinda benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergetar hebat.

“Deerryyy.. Aakuu.. Kelluuarr.. Aaakkhkhh.. Goyang sayang” rintih Dinda.

Gerakan kemaluanku seperti goyangan anisa bahar yang patah-patah, membuat birahi Dinda semakin tak terkendali.

“Deeerrr.. rryyy.. Aaammppunn” rintih Dinda panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan kemaluanku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit kemaluan Dinda. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh batang kemaluanku.

“Creek.. Crek.. Crek..” suara kemaluanku masih bergerak keluar masuk di lubang kemaluan Dinda.

Aku semakin tidak peduli dengan Dinda yang sudah mendapatkan kedua puncak kenikmatannya, karena aku sendiri lagi berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki kanan Dinda yang pada posisi pertama aku naikkan ke atas wastafel.

Posisi Dinda, sekarang sedikit menungging dengan posisi berdiri. Kemaluanku yang masih tertancap pada lubang kemaluannya langsung aku hujamkan kembali ke lubang kemaluan Dinda.

“Ohh.. Derryyy.. kamu.. memang.. ahli..” kata Dinda sambil merintih.

Kedua telapak tanganku mencengkeram pinggul Dinda dan menekan tubuhnya supaya kemaluanku bisa lebih menusuk ke dalam lubang kemaluannya.

“Din.. kemaluan kamu memang asyik banget” pujiku.

“Kamu suka minum jamu ya kok masih seret?” tanyaku.

Dinda hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan kemaluanku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijat oleh kemaluan Dinda dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku benar-benar bisa diterima Dinda karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

“Din.. Aku mau.. Keluuar..” kataku mendesah.

“Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat terus.. Terus..” Dinda merintih.

“Derrrryyy.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasain semprotan kamu..” pinta Dinda.

“Iya Din.. Ooogh.. Akakhh..” rintihku.

Gerakan maju mundur dibelakang tubuh Dinda semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

"Deerryyy.. Aku.. Aku.. Nggaak kkuaat.. Aaakhh” rintih Dinda.

“Aku juga Din.. Oohh.. Diiinn.." aku merintih.

“crut.. Crut.. Crut..” spermaku muncrat membanjiri kemaluan Dinda.

Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah kemaluan Dinda. Setelah beberapa saat kemudian Dinda membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

“Derry ternyata Yuli memang benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Dinda merintih.

“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja” kataku merendah.

“Kamu luar biasa..” Dinda tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air di pancuran shower membuat tubuh Dinda yang molek seperti bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, aku menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya Dinda. Aku mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh tubuh Dinda, sesekali jariku yang nakal memilin punting Dinda.

“Ughh.. Derryy..” Dinda merintih dan bergetar saat aku permainkan puntingnya yang memerah.

Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali Dinda seorang wanita yang sedang butuh kehangatan mendapatkan puncak kenikmatan. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua memburu birahinya yang tidak pernah kenyang.

Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 wib, dimana aku harus segera balik kerumah karena celullerku berapa kali tadi berbunyi. Aku meninggalkan Hotel E.. Sambil menikmati sisa-sisa kenimatan yang sudah di tinggalkan oleh permainan tadi.

baca juga : Cerita Sex Dengan 2 Wanita Sekaligus

Cerita seks terbaru, cerita mesum indonesia, cerita sex indonesia, cerita seks indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar