Kamis, 11 Mei 2017

Cerita Seks Kado Terindah Dari Orang Yang Mengasihiku

Cerita Seks Kado Terindah Dari Orang Yang Mengasihiku
Cerita Seks Kado Terindah Dari Orang Yang Mengasihiku

Cerita Seks - Kejadian ini terjadi ketika aku lulus SMU dan ini menjadi inspirasi cerita seks kado terindah dari orang yang mengasihiku. Perkenalkan, namaku Andi. Kejadian ini tak akan terlupakan karena ini adalah pertama kalinya aku merasakan nikmatnya sex yang sebenarnya. Pada waktu itu aku make love dengan Mbak Ina yang umurnya kira-kira 10 tahun lebih tua dariku. Parasnya manis dan kulitnya putih.

Mbak Ina adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku. Kita sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Ina ikut dengan keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya.

Setelah itu kita jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yang dipindah tugas. Setelah itu kita tak pernah bertemu lagi. Kita hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa Mbak Ina telah punya rumah sendiri dan tinggal bersama suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat mengunjungi rumah Mbak Ina. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aku pergi kira-kira jam tiga sore dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini berawal. Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aku sampai di rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, kemudian aku coba mengetok pintu rumahnya.

“Ya sebentar..” terdengar sahutan wanita dari dalam. Tak lama kemudian keluar seorang wanita dan aku masih kenal paras itu walau lama tak bertemu.

Mbak Ina terlihat manis dan kulitnya masih putih seperti dulu. Dia sepertinya tak mengenaliku.

“Cari siapa ya? tanya Mbak Ina”.

“Anda Mbak Ina kan?” aku balik bertanya.

“Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Mbak Ina kembali bertanya dengan raut muka yang
berusaha mengingat-ingat.

“Masih inget sama aku nggak Mbak? aku Andi Mbak, masak lupa sama aku”, kataku.

“Kamu Andi anaknya Pak Tono?” kata Mbak Ina setengah nggak percaya.

“Ya ampun Ndi, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu.” Kata Mbak
Ina sambil memeluk badanku dan menciumi parasku.

Aku kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi seorang wanita. aku rasakan payudaranya menekan dadaku. Ada perasaan lain muncul waktu itu.

“Kamu kapan datangnya, dengan siapa” kata Mbak Ina sambil melepas pelukannya.

“Saya datang dua hari kemudian, saya hanya sendiri.” kataku.

“Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk.” Katanya sambil menggeret tanganku.

Kami kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama nggak tetemu. Mbak
Ina duduk berhimpitan denganku. Tentu saja payudaranya menempel di lenganku. aku sedikit
terangsang karena hal ini, tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Ina telah aku
anggap sebagai keluarga sendiri.

“Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya..” kata Mbak Ina ditengah
pembicaraan. Tak lama kemudian ia datang,

“Ayo ini diminum”, kata Mbak Ina.

“Kok sepi, pada kemana Mbak?” Tanyaku.

“Oh kebetulan Mas Anto (suaminya Mbak Ina) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan,
rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Mbak Ina) ikut” jawab Mbak Ina.

“Belum punya Adik Mbak dan Mbak Ina kok nggak ikut?” tanyaku lagi.

“Belum Ndi padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. Mbak Ina ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut” katanya.

“Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu” katanya lagi.

“Iya Mbak, tadi telah pamit kok” kataku.

“Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin” kata Mbak Ina.

Kemudian aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat-lihat kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Mbak Ina gantian mandi. Kurang lebih lima belas menit, Mbak Ina selesai mandi dan aku terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di badannya. aku pastikan ia tak memakai BH dan mungkin CD juga karena tak aku lihat tali BH menggantung di pundaknya.

“Sayang Ndi ikannya masih kecil, belum bisa buat lauk” kata Mbak Ina sambil melangkah ke arahku kemudian kita ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.

Kulihat payudaranya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum badannya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti baju. Mataku tak lepas memperhatikan badan Mbak Ina dari belakang. Kulitnya benar-benar putih. Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas bikin kemaluanku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya kemudian meremas, menjilat payudaranya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan kemaluanku seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal kemudian kucoba menghilangkan khayalan itu.

Haripun berganti petang, udara dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kita nonton televisi sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa telah pukul sembilan.

“Ndi nanti kamu tidur sama aku ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu” kata Mbak Ina.

“Apa Mbak?” Kataku terkejut.

“Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu”
katanya.

“Iya Mbak aku inget” jawabku.

“Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih” kata Mbak Ina sambil beranjak melangkah ke kamar tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.

“Ayo jadi tidur nggak?” tanya Mbak Ina.

Kemudian aku naik dan tiduran disampingnya. aku deg-degan. Kita masih ngobrol sampai jam 10
malam.

“Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget” kata Mbak Ina.

“Iya Mbak” kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja
terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Ina terbaring di
sampingku, kurasakan kemaluanku mengeras.

aku melirik ke arah Mbak Ina dan kulihat ia telah tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yang harus aku lakukan. Ingin aku onani karena telah tak tahan, ingin juga aku memeluk Mbak Ina dan menikmati badannya, tapi itu tak mungkin pikirku. aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak bisa sampai jam 11 malam.

Kemudian aku putus kan untuk melihat paha Mbak Ina sambil aku onani karena bingung dan udah tak tahan lagi. dengan dada berdebar-debar aku buka selimut yang menutupi kakinya, kemudian dengan pelan-pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu dekat dan jelas.

Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana meraba paha seorang wanita tapi aku takut kalau dia terbangun. Kurasakan kemaluanku melonjak-lonjak seakan ingin melihat apa yang membuatnya terbangun. Karena telah dikuasai birahi akhirnya aku nekad, kapan lagi kalau tak sekarang pikirku.

dengan hati-hati aku mulai meraba paha Mbak Ina dari atas lutut kemudian keatas, terasa halus sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba meraba celana dalamnya, tetapi tiba-tiba Mbak Ina terbangun.

“Andi! Apa yang kamu lakukan!” kata Mbak Ina dengan terkejut.

Ia kemudian menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya kemudian duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.

“Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Ina. Siapa yang ngajari kamu?” kata Mbak Ina dengan marah.

Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Kemaluanku yang tadinya begitu perkasa aku rasakanlangsung mengecil seakan hilang.

“Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Mbak Ina.

“Ja.. jangan Mbak” kataku ketakutan.

“Mbak Ina kan juga salah” kataku lagi membela diri.

“Apa maksudmu?” tanya Mbak Ina.

“Mbak Ina masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Mbak, telah lebih dari 17 tahun. Tapi Mbak Ina masih memperlakukan aku seperti waktu aku masih kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Mbak Ina hanya memakai handuk saja didepanku. Saya kan lelaki normal Mbak” jelasku. Kulihat Mbak Ina hanya diam saja, kemudian aku berniat keluar dari kamar.

“Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah” kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.

Mbak Ina hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan badanku dan mengutuki diriku yang berbuat bodoh dan membayangkan apa yang akan terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku diketuk.

“Ndi.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?” Terdengar suara Mbak Ina dari luar.

“Ya Mbak, silakan” kataku sambil berpikir mau apa dia.

Mbak Ina masuk kamarku kemudian kita duduk di tepi ranjang. aku lihat parasnya telah tak marah lagi.

“Ndi.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu” katanya.

“Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Ina” kataku.

“Nggak Ndi, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tak menyadari bahwa kamu sekarang telah besar” kata Mbak Ina. aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Ina tak marah lagi.

“Ndi, kamu bener mau sama Mbak?” tanya Mbak Ina.

“Maksud Mbak?” kataku terkejut sambil memandangi parasnya yang terlihat bagitu manis.

“Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa’ sih kamu masih tertarik sama aku?” katanya lagi. aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.

“Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aku rela kok melakukannya dengan kamu” katanya lagi. Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.

“Apa Mbak” kataku terkejut.

“Bukan apa-apa Ndi, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tak menganggap kamu anak kecil lagi” kata Mbak Ina

Lagi-lagi aku hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini yang selama ini hanya bisa aku bayangkan.

“Gimana Ndi? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” kata Mbak Ina. Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.

“Kamu pasti belum pernah kan?” kata Mbak Ina.

“Belum Mbak, tapi pernah lihat di film” kataku.

“Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi” kata Mbak Ina.

Mbak Ina kemudian mencopot bajunya dan terlihatlah payudaranya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai naik. Kemudian Mbak Ina mencopot roknya dan paha mulus yang aku gerayangi tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH itupun terlepas, sepasang payudara berukuran sedang terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan. Mbak Ina kemudian mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat. Kemaluanku terasa tegang karena baru pertama kali ini aku melihat wanita telanjang langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya terlentang. aku begitu takjub, bayangkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. aku tertegun dan ragu untuk melakukannya.

“Ayo Ndi.. apa yang kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan takut, nanti Mbak bantu” kata Mbak Ina.

Segera aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku telah tak tahan lagi. Kulihat Mbak Ina memperhatikan kemaluanku yang berdenyut-denyut, aku kemudian naik ke atas ranjang. Karena telah tak sabar, langsung saja aku memulainya. Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya tak pernah melakukannya, tapi tak aku hiraukan, terus aku lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, kemudian aku elus-elus dan remas payudaranya sambil sesekali memelintir puting susunya.

“Ooh.. Ndi.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh..” Mbak Ina mulai mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yang mulai mengental.

Setelah puas dengan bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum payudara. Sejenak aku pandangi payudara yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah lelaki. Langsung aku jilati mulai dari bawah kemudian ke arah putingnya, sedangkan payudara kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

“Emmh oh aarghh” Mbak Ina mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.

Kulirik parasnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekeliling kemaluannya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu telah sangat basah, tanda bahwa ia telah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku keluar masuk di dalam lubang yang semakin licin tersebut.

“Aargghh.. eemhh.. Ndi kam.. mu ngapainn oohh..” kata Mbak Ina meracau tak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan badannya mengeliat-geliat. Tak kupedulikan kata-katanya. Badan Mbak Ina semakin mengelinjang dikuasai birahi birahi. Kuarasakan badan Mbak Ina menegang dan kulihat parasnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia telah mau orgasme. Kupercepat gerakan jariku didalam kemaluannya.

“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Ina dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..

“Oohh aahh..” Mbak Ina mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi kemaluannya.

“Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Ina masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.

“Ndi apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini” tanya Mbak Ina.

“Kenapa emangnya Mbak? Kataku.

“Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa” kata Mbak Ina.

Ia kemudian bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tak pernah mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat selesai.

“Mbak sekarang giliranku” kubisikkan ditelinganya, Mbak Ina mengangguk kecil. aku mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, kemudian payudaranya yang aku nikmati, tak lupa jari-jariku kupermainkan di dalam kemaluannya.

“Aarghh.. emhh.. ooh..” terdengar Mbak Ina mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah terangsang.

Setelah aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan kemaluanku ke dalam kemaluannya. aku mensejajarkan badanku diatas badannya dan Mbak Ina tahu, ia kemudian mengangkangkan pahanya dan kuarahkan kemaluanku ke kemaluannya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk melakukannya.

“Ayo Ndi jangan takut, masukin aja” kata Mbak Ina.

Perlahan-lahan aku masukkan kemaluanku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu. Kemaluanku mudah saja memasuki kemaluannya karena telah sangat basah dan licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh nikmatnya.

“Lebih cepat Ndi arghh.. emhh” kata Mbak Ina terputus-putus dengan mata merem-melek. aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari kemaluannya.

“Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Mbak Ina berkata tak karuan. Keringat kita bercucuran deras sekali. Kulihat parasnya semakin memerah.

“Ndi, Mbak mau.. enak lagi. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Mbak Ina sambil mendesah panjang, badannya bergetar dan kurasakan kemaluannya dipenuhi cairan hangat menyiram kemaluanku. Remasan dinding kemaluannya begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai orgasme aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam kemaluannya. Kurasakan nikmat yang luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika aku onani. aku peluk badannya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya yang baru aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut kemaluanku dan merebahkan badanku disampinya.

“Mbak Ina, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.

“Mbak juga Ndi.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat” kata Mbak Ina kemudian mengecup bibirku. Kita berdua kemudian tidur karena kecapaian.
Kira-kira jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Mbak Ina juga terbangun.

“Kamu mau kemana Ndi..” katanya.

“aku mau cari minum, aku haus. Mbak Ina mau?” Kataku.

Ia hanya mengangguk kecil. aku ambil selimut untuk menutupi anuku kemudian aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.

“Ini Mbak minumnya” kataku sambil kusodorkan segelas air putih.

aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Ina yang badannya ditutupi selimut meminum air yang kuberikan.

“Ada apa Ndi, kok kamu memandangi Mbak” katanya.

“Ah nggak Papa. Mbak cantik” kataku sedikit merayu.

“Ah kamu Ndi, bisa aja, Mbak kan udah tua Ndi” kata Mbak Ina.

“Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang” kataku sambil kukecup bibirnya.

“Ndi.. boleh nggak Mbak minta sesuatu” kata Mbak Ina.

“Minta apa Mbak?” tanyaku penasaran.

“Mau nggak kamu kalau..” kata Mbak Ina terhenti.

“Kalau apa Mbak?” kataku penuh tanda tanya.

“Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi” kata Mbak Ina dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.

“Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Ndi.., tapi sekarang kok?” kataku menggodanya.

“Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini” katanya manja sambil mencubit lenganku.

“dengan senang hati aku akan melayani Mbak Ina” kataku.

Sebenarnya aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak Ina juga ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa puas, dia sendiri yang akan meminta. Kita mulai bercumbu lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap inci badannya, karena kini aku tahu Mbak Ina juga sangat ingin. Seperti tadi, pertama-tama bibirnya yang kunikmati. dengan penuh kelembutan aku melumat-lumat bibir Mbak Ina.

aku makin berani, kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak Ina pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kita saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya kemudian aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit bibirku ketika kupelintir putingnya.

aku telah puas dengan bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat payudaranya. dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas payudaranya yang kanan. Kulihat mata Mbak Ina sangat redup, dan ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.

“Oohh.. arghh.. en.. ennak Ndi.. emhh..” kata Mbak Ina mendesah-desah.

Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan menyeretnya ke selangkangannya. aku paham apa yang diinginkannya, rupanya ia ingin aku segera mempermainkan kemaluannya. Jari-jarikupun segera bergerilya di kemaluannya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.

“Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. enak.. oohh..” mulut Mbak Ina meracau.

Setiap kali Mbak Ina terasa mau mencapai orgasme, aku hentikan jariku menusuk kemaluannya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi kemaluannya, kulakukan beberapa kali.

“Emhh Ndi.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh..” kata Mbak Ina memohon.

Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tak akan membuatnya orgasme dengan jariku tetapi dengan mulutku, aku benar-benar ingin mencoba semua yang pernah aku lihat di bokep. Segera aku arahkan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekeliling kemaluannya dan terlihatlah kemaluannya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah karena baru kali ini melihatnya. aku agak ragu untuk melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati kemaluan lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.

“Ndi.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Mbak Ina.

Ia terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati kemaluannya, tapi aku tak pedulikan kata-katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan badannya menggeliat tak karuan dan tak lama kemudian badannya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei dan mulutku di penuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

“Ohmm.. emhh.. ennak Ndi.. aahh..” kata Mbak Ina ketika ia orgasme.

Setelah Mbak Ina selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku kembali mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.

“Gantian Mbak diatas ya sekarang” kataku.

“Gimana Ndi aku nggak ngerti” kata Mbak Ina.

Daripada aku menjelaskan, langsung aku praktekkan. aku tidur telentang dan Mbak Ina aku suruh melangkah diatas kemaluanku, tampaknya ia mulai mengerti. Tangannya memegang kemaluanku yang tegang hebat kemudian perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan kemaluannya diarahkan ke kemaluanku dan dalam sekejap bless kemaluanku hilang ditelan kemaluannya. Mbak Ina kemudian mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di kepala kemaluanku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini mulai mempercepat gerakannya.

Kulihat parasnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy paras wanita yang sedang dikuasai birahi birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan. Paras Mbak Ina terlihat sangat cantik seperti itu apalagi ditambah rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepalanya. Payudaranya pun terguncang-guncang, kemudian tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir puting susunya.

“Oh emhh yaah.. ohh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulut Mbak Ina.

“aku nggak kuat lagi Ndi..” kata Mbak Ina sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai orgasme.

Kurebahkan badannya dan aku segera memompa kemaluannya dan tak lama kemudian Mbak Inamencapai orgasme. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak Ina menikmati kenikmatan yang diperolehnya. Setelah itu aku cabut kemaluanku dan kusuruh Mbak Ina menungging kemudian kumasukkan kemaluanku dari belakang. Mbak Ina terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang aku lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan. Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh Mbak Ina rebahan lagi dan aku masukkan lagi kemaluanku dan memompa kemaluannya lagi karena aku telah ingin sekali mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Mbak Ina ingin orgasme lagi, parasnya memerah, badannya menggelinjang kesana kemari.

“Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Ndi.. arrghh ahh..” kata Mbak Ina.

“Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir” kataku.

“Mbak udah nggak tahan Ndi.. ahh..” kata Mbak Ina sambil mendesah panjang, badannya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram kemaluanku dan kurasakan dinding kemaluannya seakan-akan menyedot kemaluanku begitu kuat dan akhirnya akupun tak kuat dan croott.. akupun mencapai orgasme, oh my god nikmatnya luar biasa. Kemudian kita saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kita raih.



Cerita Seks terbaru , Cerita Mesum bergambar, cerita sex terbaru, cerita sex 2017, cerita mesum terbaru


Tidak ada komentar:

Posting Komentar