Selasa, 23 Mei 2017

Cerita Seks Ketika Suami Ku Terlalu Sibuk Dengan Pekerjaannya

Cerita Seks Ketika Suami Ku Terlalu Sibuk Dengan Pekerjaannya
Saya adalah seorang istri yang sudah memiliki seorang anak berusia 9 tahun, sebut saja nama saya Anisa.

Saya bukanlah wanita yang berparas bidadari, walaupun begitu tidak dapat juga dikatakan jelek. Bahkan beberapa orang mengatakan saya menarik walaupun kulit saya tidak bisa dikatakan putih. Entah mereka yang saya kenal maupun selentingan dan kekaguman orang di luar sana. Baik yang mengungkapkan langsung maupun yang disampaikan melalui orang lain.
Saya adalah anak pertama dari keluarga yang serba berkecukupan walaupun tidak kaya raya. Ayah saya adalah seorang pengusaha yang cukup diperhitungkan dikampung saya. Saya menikah dengan seorang pria yang sangat saya cintai hubungan kami pun didukung sepenuhnya oleh kedua orang tua kami.

Hubungan seks kami tidak ada masalah bahkan sepertinya semakin hari semakin panas saja. Terasa harmonis sekali kehidupan rumah tangga kami. Selain itu di lingkungan tetangga kami, aku dikenal sebagai sosok istri yang baik, ramah, setia, dan alim. Pokoknya tidak ada satupun berita miring tentang aku.

Seiring dengan perkembangan waktu, pekerjaan suami pun semakin sibuk karena karir suami saya dikantornya sedang melonjak pesat. Hal itu membuat suami saya harus bekerja dari pagi sampai malam sehingga sampai dirumah sudah kecapaian, bahkan kadang-kadang harus keluar kota untuk beberapa hari karena urusan kantornya, membuat hubungan seks kami pun berkurang drastis. Apabila dahulu kami melakukannya hampir tiap hari sekarang paling banyak satu kali dalam sebulan. Saya pribadi memakluminya dan mencoba untuk bersabar, toh ini demi kebaikan masa depan rumah tangga kami juga.

Sikap suami saya yang dahulu sangat perhatian dalam keluarga menjadi berkurang, saya sadar ini bukanlah karena sikapnya yang berubah tetapi karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. Tetapi saya tetaplah wanita yang membutuhkan kasih sayang, perhatian dan belaian dari seorang suami. Terus terang (hal ini baru saya ketahui akhir-akhir ini) bahwa saya memiliki nafsu seks yang cukup besar.
Hingga pada suatu hari. . .

Hari itu hari minggu, suami saya akan berangkat keluar kota mengurus kerjaannya untuk waktu tiga hari. Dia pamit pada saya pagi itu. Setelah suami saya pergi, saya pun berangkat ke rumah sakit untuk perawatan gigi yang memang saya lakukan setiap enam bulan sekali. Sedangkan anak saya tinggal dirumah dengan ditemani pembantu.

Sampai dirumah sakit saya pun mengambil nomor antrian dan duduk sambil menunggu nomor antrian saya dipanggil. Tepat diseberang saya berjalan seorang pria yang dari tadi selalu melirikkan matanya pada saya. Tak lama kemudian pria itu menghampiri saya, setengah berteriak dia berkata…

“Anisa ya?”
Saya tertegun sejenak dan berpikir darimana dia tau nama saya. Kemudian saya menjawab…
“Iya, saya Anisa… Anda siapa ya?”
“Kamu lupa ya? saya kakak kelasmu sewaktu SMU dulu!”
Setelah saya amati wajahnya akhirnya…
“Hendra ya?”
Dia mengangguk dua kali.
“Ya ampun, Hendra… Aku pangling maaf ya…”
“Gak apa-apa aku juga tadi agak lupa sama kamu… Hmm ngapain nih?” Tanya Hendra.
“Ini aku mau Check up gigi” Jawabku. “Kamu ngapain?” Tanyaku lagi
“Aku habis menjenguk teman sakit, antrian mu masih lama ya?”
“Lumayan, antrianku nomor 52 dan sekarang masih nomor 47” jawabku.
“Kamu sendirian?” Tanyanya.
“Iya”
“Aku dengar kamu sudah nikah, suamimu mana?”
“Suamiku gak bisa ikut ngantar, soalnya lagi sibuk” Jawabku singkat.
“Ya sudah, aku temenin deh” Jawabnya.
“Nggak usah Ndra, aku nggak apa-apa kok sendirian” Tolakku.
“Ah.. Nggak apa-apa kok, lagian ini kan hari minggu aku lagi nggak ada kerjaan” Jawabnya setengah memaksa. “Kita kan baru ketemu setelah lama pisah, pengen nborol-ngobrol sama kamu, boleh kan?” sambungnya.
“Ya deh, asal nggak mengganggu waktumu aja” Jawabku.

Kami pun larut dalam obrolan-obrolan panjang yang mengasyikkan, kami mengobrol kenangan masa-masa SMU dulu. Topik yang sangat mengasyikkan bagiku. Perlu diketahui Hendra ini adalah kakak kelasku sewaktu SMU dulu, hubungan kami hanya sebatas teman, tidak lebih. Bahkan sudah menjadi seperti hubungan abang-adik.

Obrolan kami pun terhenti saat suster jaga memanggil nomor antrianku dua kali. Kemudian aku berkata kepada Hendra…

“Ndra, kamu nggak perlu nungguin aku”
“Ah.. Nggak apa-apa biar aku tungguin aja kamu disini, lagian kamu kan nggak bawa kendaraan biar nanti aku antarin kamu pulang, kebetulan aku bawa mobil” Jawabnya.

Memang di sela-sela obrolan kami tadi dia sempat bertanya apa kendaraanku kesini, dan aku jawab naik angkot.

Akhirnya aku biarkan dia menunggu, dan aku pun masuk keruang periksa. Kurang lebih satu jam kemudian aku pun keluar, karena check up gigiku sudah selesai. Kulihat Hendra masih menunggu. Setia juga cowok ini nungguin aku hampir satu jam seperti ini, coba suamiku mau nungguin aku seperti ini  ucap bathinku lagi. Sayangnya suamiku sudah nggak punya lagi waktu untukku.

“Maaf ya Ndra lama nunggunya” Kataku.
“Nggak apa-apa kok, jangankan satu jam, setahun pun aku tungguin” Jawabnya.
Aku berpikir apa maksudnya menjawab seperti itu, mudah-mudahan dia tidak sedang merayuku. Aku pun membalas dengan senyuman.
“Mau pulang sekarang?” Tanyanya.
“Terserah kamu”
“Ok, yuk” Katanya.

Sesampainya didalam mobil. Dia pun menyalakan mobil dan beranjak pergi dari rumah sakit. Dalam perjalanan dia menceritakan kalo mobil tersebut bukanlah mobil pribadinya melainkan mobil perusahaan yang dipinjamnya. Dia juga menceritakan kalo dia bekerja pada sebuah perusahaan supplier alat-alat bangunan, dan dia menjabat sebagai Supervisor. Walaupun sebagai Supervisor, kerjaanya bukan hanya duduk-duduk saja, tetapi juga membantu buruh kasar mengangkat alat-alat berat. Begitu ceritanya. Pantas badannya besar dan kekar kayak gitu, ucapku dalam hati. Tanpa sadar aku membayangkan bentuk badannya dibalik kaos ketatnya itu, mendadak nafasku menjadi berat. Lamunanku dikejutkan oleh suaranya yang besar. Untung saja suaranya memecahkan lamunanku kotorku, kalau nggak bisa gawat.

“Rumahmu dimana Nis?” Tanyanya.
Kusebutkan alamatku padanya, yang memang lumayan jauh.

“Wah berarti kalo mau kerumahmu melewati rumahku dulu dong, kamu mau mampir kerumahku dulu? Kebetulan aku tinggal sama kakak perempuanku Lita, kamu juga kenalkan?”
Mendengar dirumahnya dia tidak tinggal sendirian tetapi bersama kakaknya, aku pun meng-iya-kan.
“Boleh deh, sekalian pengen ketemu sama kak Lita udah lama gak ketemu” Jawabku.

Tak berapa lama kemudian kami sampai dirumah Hendra. Rumahnya kecil saja, tetapi cukup rapi halamannya ditumbuhi berbagai macam-macam bunga yang membuat rumah mungil itu tampak asri.
Sampai didalam rumah kami disambut kak Lita yang masih seperti dulu tetap ramah dan bersahabat, kemudian kak Lita mempersilahkan aku duduk disofa biru dalam rumahnya.

“Mau minum apa Nis?” Sapa kak Lita. “Nggak usah repot-repot kak, nanti aku ambil sendiri kalau pengen” Jawabku padanya. Memang dari dulu aku sudah lumayan akrab dan tidak canggung lagi dengan keluarga besar Hendra.
“Ya sudah, kakak kebelakang dulu ya kebetulan tadi lagi masak” Jawab kak Lita sambil beranjak kebelakang tampaknya menuju dapur.
“Nis, istirahat aja dulu ya, aku masuk dulu sebentar” Sapa Hendra yang sejak tadi diam.
“Iya Ndra..” Jawabku.

Pandanganku menyapu seluruh ruang tamu itu, tampak beberapa buah foto Hendra bergantung didinding ruangan itu. Tak ada foto wanita lain selain foto kak Lita sebuah dan foto ibu dan bapaknya Hendra. Berarti benar yang dikatakan Hendra sewaktu ngobrol dirumah sakit tadi, kalo dia memang belum menikah.

Bosan sendirian aku pun bermaksud kebelakang untuk menemui sekalian membantu kak Lita didapur. Rupanya dapurnya berada jauh dibelakang karena harus membelok lagi kekiri. Belum sampai kaki menuju dapur terdengar suara desiran air dari kamar mandi sebelah kananku yang terbuka sedikit. Secara reflek mataku mamandang kearah itu.

Wow… aku terkejut setengah mati melihat Hendra sedang kencing di dalam kamar mandi. Tetapi bukannya berpaling kearah lain mataku justru melotot memandang kontol Hendra yang walaupun tidak sedang tegang tampak besar dan panjang, terlintas diotakku gimana gedenya kontol itu kalau sedang tegang. Seketika itu juga CD ku terasa lembab, pasti dikarenakan cairan vaginaku yang keluar. Hendra yang dari tadi tidak sadar kalau kontolnya sedang kupandangi, akhirnya terusik dengan kehadiranku. Dia memalingkan wajahnya kearahku, terjadi kontak mata sebentar antara aku dan Hendra, dia terkejut dan gelagapan tak menyangka sedang kupandangi. Tanpa mengeluarkan kata-kata, aku pun beranjak meninggalkan Hendra menuju ke dapur yang menjadi tujuan awalku.
Dadaku berdegup kencang antara perasaan malu, menyesal, dan ah… Bodohnya aku, rupanya aku jadi terangsang juga olehnya. Mengapa aku menjadi terangsang melihat kontol lelaki lain selain suamiku. Apa karena sudah hampir satu bulan ini aku tidak diberi jatah oleh suamiku. Se-alim apapun dan sehebat apapun aku menahan gejolak ini, aku tetaplah wanita yang memang butuh akan hal yang satu itu. Hal ini tidak dapat kupungkiri.

Setelah membantu kak Lita memasak, akupun kembali keruang tamu. Kudapati Hendra sedang duduk di sofa sambil membaca koran. Rasa maluku bertambah saat bertemu Hendra diruang tamu. Tapi tanggapan Hendra sungguh berbeda dari yang aku pikirkan. Hendra seolah-olah tidak peduli akan hal itu, seolah tidak terjadi apa-apa. Setelah suasana kuanggap tenang, aku pamit pulang dengan diantarkan Hendra. Setelah sampai, Hendra tidak mampir dia langsung meluncur kembali. 

Sesampainya dirumah aku langsung mandi, kucoba melupakan apa yang terjadi barusan.

Paginya, seperti biasa aku mengantarkan anakku pergi kesekolah setelah itu aku pulang kembali kerumah. Baru saja aku masuk kedalam rumah, tiba-tiba pembantuku minta ijin untuk pulang kampung karena ayahnya sakit keras. Jarak dari kota menuju kampung halamannya memakan waktu kurang lebih 5-6 jam perjalanan sehingga mengharuskan dia bermalam disana. Akupun mengijinkannya dan memberikan dia sedikit uang saku untuk keperluannya, dia pun menjanjikan akan segera pulang setelah kondisi ayahnya membaik.

Jam 9 pergilah pembantuku menuju kampung halamannya dengan menggunakan bis, sekarang tinggal lah aku sendirian dirumah. Disaat sendirian seperti ini, aku kembali merasa kesepian sehingga kejadian kemarin kembali terlintas. Terbayang dibenakku Badan Hendra yang tegap, otot-ototnya yang kekar, dadanya yang bidang, dan kontolnya yang besar ah… Mengapa aku jadi begini, mengapa aku begitu terangsang mengingatnya. Semua bayangan itu membuat payudaraku mengeras, otot-otot vaginaku berkontraksi, kemudian dalam hitungan menit akupun orgasme. Sepertinya aku tergila-gila kepada Hendra kakak kelasku tersebut. Aku tahu ini salah, tapi sungguh aku tak dapat menahannya.
Siangnya kujemput anakku dari sekolahnya, tetapi dua jam kemudian anakku kembali kesekolah untuk mengikuti les tambahan pelajaran yang memang setiap sore diikutinya.

Sore itu hujan turun dengan lebat sekali, kembali aku sendirian dirumah. Daripada bosan dan memikirkan yang nggak-nggak akhirnya kuputuskan untuk menonton film DVD. Kucari-cari koleksi film-film suamiku, setelah memilih-milih kuputuskan untuk menonton film yang dibintangi aktris favoritku Angelina Jolie yang berjudul Original Sin (mungkin ada beberapa pembaca yang sudah menonton film ini, bagi yang belum kusarankan jangan menontonnya he..he..). Baru saja kuputar film tersebut di DVD Player, tiba-tiba ada yang mengetok pintu. Aku pun melangkahkan kaki untuk membuka pintu.

“Eh.. Hendra, silahkan masuk” Tak kusangka Hendra main kerumahku sore itu, kupersilahkan dia masuk dan duduk diruang tamu.
“Lagi nonton ya Nis?” Tanya Hendra. (Memang TV kami berada diruang tamu)
“Iya” Jawabku
“Film apa?”
“Nggak tahu tuh.. Judulnya Original Sin” Jawabku lagi. (Awalnya aku memang nggak tahu cerita dari film tersebut)
“Kamu hobby nonton juga ya” Sambungnya.
“Kadang-kadang sih”
“Kok sepi, mana anakmu” Tanyanya.
“Anakku lagi les disekolah”
“Suamimu belum pulang ya?” (Hendra memang sudah tahu kalau suamiku sedang pergi keluar kota dari obrolan kami kemarin)
“Belum Ndra, mungkin besok kalau pekerjaannya sudah selesai”
“Berarti kamu sendirian dong, aku jadi nggak enak nih” Kata Hendra.
“Nggak enak kenapa?” Tanyaku balik.
“Ya kamu kan lagi sendirian, nggak enak dong aku cowok main disini” Jawabnya.
“Nggak apa-apa kok” Jawabku “ Baru pulang kerja Ndra?” Tanyaku.
“Iya nih, tadinya sih mau langsung pulang tapi karena kebetulan rumah kita satu jalur dan posisiku lebih dekat kerumahmu langsung aja aku main, sekalian berteduh nunggu hujan agak reda” Jawabnya.
“Tunggu sebentar ya Ndra kubuatkan teh hangat biar nggak kedinginan”
“Ok deh, kalau nggak merepotkan”. Jawabnya. Aku hanya tersenyum.
Setelah teh selesai kuseduh, akupun kembali keruang tamu.
“Silahkan diminum Ndra, mumpung masih hangat”
“Terimakasih ya Nis” Jawab Hendra.

Kemudian kami pun mulai fokus pada film DVD yang sedang tayang didepan kami. Sementara hujan diluar semakin menjadi-jadi saja.

Beberapa saat kemudian tayangan film tersebut memasuki bagian yang hot, yaitu saat Angelina Jolie dan Antonio Banderas sedang bersetubuh. Ada rasa malu dalam diriku melihat tayangan tersebut, ingin kumatikan TV tetapi kulirik Hendra sedang serius menonton, akhirnya kubatalkan niatku mematikannya dan akupun meneruskan menonton film tersebut. Semakin lama film tersebut semakin hot saja, tanpa sadar aku mulai terangsang menontonnya, ditambah cuaca hujan diluar sana membuat birahiku bergejolak. Aku tak tahu apa yang dirasakan Hendra saat ini, tapi aku yakin dia pun juga sedang bergairah. Aku kagum juga dia mampu menutupinya dengan tetap diam dan tenang.

Karena birahiku sedang bergejolak tinggi, tanpa sadar tangan kiriku meremas tangan kanan Hendra. Setelah sadar apa yang aku lakukan aku menarik tanganku, tetapi dengan sigap tangan Hendra menahannya. Sekarang gantian tangan kanan Hendra yang meremas tangan kiriku. Aku kaget dan terpaku atas remasan tangan Hendra pada tanganku, kemudian Hendra mendekatkan tubuhnya padaku. Dan wajahnya semakin dekat dengan wajahku, Hendra sepertinya akan mengecup bibirku. Sebelum bibirnya menyentuh bibirku masih sempat aku berkata “Jangan Hendra” tetapi tidak ada perlawanan sama sekali dari tubuhku, aku seakan mengharap bibirnya cepat-cepat menyentuh bibirku.

Sejurus kemudian mulut Hendra mulai melumat bibirku, dimainkannya lidahnya dalam rongga mulutku, aku semakin terangsang, aku mulai lupa segalanya. Lumatan bibir Hendra yang tadi hanya kubiarkan saja mulai kuberikan perlawanan, tapi saat ini bukan perlawanan tanda penolakan yang kuberikan tapi justru lumatan mulut Hendra kubalas dengan lumatan mulutku yang tidak kalah ganasnya. Tak hanya sampai disitu, tangan Hendra mulai beraksi meremas kedua buah payudaraku secara bergantian dari luar daster yang kugunakan. Tak terasa mulutku mulai mengeluarkan lenguhan nikmat oh..oh..
Aku semakin nekad saja, kontol Hendra yang selama ini hanya bisa kubayangkan akhirnya kuremas dengan ganas dari luar celana jeansnya. Melihat reaksiku Hendra pun semakin ganas, setelah puas melumat bibirku giliran leherku, telingaku, dan pundakku yang digarapnya. Tidak sampai disitu tangan kanannya mulai mencari jalan masuk untuk meremas payudaraku secara langsung. Karena baju yang kupakai adalah baju terusan membuat aku harus mengangkat dasterku sampai kepinggang.

Hal ini membuat paha mulusku terbuka, bukan itu saja CD putihku pun terlihat oleh Hendra. Keadaan ini tidak disia-siakan oleh Hendra, tangannya mulai mengusap paha mulusku, kemudian vaginaku walau dari luar CD yang kugunakan, tangannya terus naik menelusup kedalam pakaianku dan kedalam BHku dan meremas kedua payudaraku secara bergantian. Nikmat sekali yang kurasakan aku pun melenguh lagi “Oooh.. Ndra…”

Akupun semakin tergila-gila dibuatnya. Akupun mulai membuka ikat pinggang yang digunakan Hendra, dia membantu menurunkan jeansnya sebatas lutut. Terlihat jelas oleh mataku tonjolan kontol Hendra dari balik CD hitam yang digunakannya, bahkan kepala kontolnya agak menyembul sedikit keluar karena tak mampu ditutupi oleh CD nya. Tanpa membuka terlebih dahulu CD yang dikenakan oleh Hendra, ku selusupkan tanganku kedalam CD hitamnya, tanganku mulai meremas kontol Hendra dari dalam CD hitamnya.

Hendra menjadi gelagapan, dia pun berdiri bermaksud melepas daster yang kugunakan. Belum sempat tangannya membuka dasterku, kutepis tangannya kemudian disaat dia berdiri kuturunkan jeans dan CD hitam yang dikenakan Hendra.

Woow. . . Sedikit histeris aku melihat betapa besar dan panjangnya kontol Hendra dalam kondisi tegang seperti ini, sambil jongkok dilantai kudekatkan tubuhku ke tubuh Hendra yang sedang berdiri. Tanganku mulai mengocok kontol besar Hendra, sambil mengocok dan mengamati kontol Hendra, tiba-tiba muncul perasaanku ingin sekali mengulum kontol gede itu. Secara refleks kudekatkan wajahku ke kontolnya dan kemudian kumasukkan kontol besar itu kedalam mulutku tak dapat seluruh kontol Hendra masuk kedalam mulutku saking panjangnya kontol itu, kemudian akupun mulai mengulum kontol besar dan panjang milik Hendra tersebut. Kuperhatikan wajah dan mata Hendra merem-melek merasakan sensasi akibat kulumanku pada kontol nya.

Beberapa saat kemudian Hendra mengangkat tubuhku hingga berdiri. Dilepaskannya dasterku kemudian BHku dan terakhir CD putihku. Matanya melotot ke arah vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu lebat yang memang kubiarkan tumbuh. Dalam kondisi telanjang bulat diangkatnya tubuhku diangkatnya kaki kiriku dan diletakannya diatas meja ruang tamu, kemudian Hendra berjongkok kebawah tubuhku dan mulai menjilati vaginaku dari bawah. Mulutku meracau tidak karuan merasakan kenikmatan yang diberikan Hendra, terlebih saat dia mengulum klitorisku. “Oohhh…. Ndra, nikmat Ndra…”
“Ndra… Kamu hebat Ndra, lidahmu nakal Ndra… Ooohhh….” Racauku
“Ndra aku ingin kontol mu dimasukkan Ndra… Cepat Ndra…. Ooohhh… Ssshh…” Tidak ada lagi rasa maluku sebagai isteri orang, rasa maluku telah sirna digantikan oleh kenikmatan-kenikmatan yang diberikan bekas kakak kelasku ini.

Hendra tidak menjawab, kemudian dia menggendongku dan dipapahnya aku menuju kamarku yang merupakan kamarku bersama suamiku. Diletakannya aku diatas ranjang pengantinku tersebut, kemudian ditekuknya kedua kakiku dan dibukanya lebar-lebar terlihat jelas vaginaku dari posisi Hendra.

Kemudian diapun mulai memasukkan kontol besar dan panjang tersebut secara perlahan kedalam vaginaku yang telah sangat basah.

“Aahhh………” Teriakku merasakan nikmatnya tusukan Hendra. Belum masuk sepenuhnya kontol Hendra, sementara vaginaku telah terasa penuh sesak.
Tetapi Hendra tidak menyerah, perlahan mulai dinaik turunkannya kontol nya, dalam beberapa kali goyang dengan sedikit memaksa ditusukkannya kontol nya sepenuhnya.
“Aahh… Ndra…” Jeritku merasakan nyeri sedikit tapi nikmat luar biasa. Tak dapat kurasakan betapa nikmatnya saat itu. Terasa ada ruang dalam vaginaku yang selama ini belum tersentuh, sekarang telah dimasuki oleh kontol besar dan panjang milik Hendra.
Hendra mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun. Pertama perlahan, semakin lama semakin cepat saja, membuatku menjerit dan meracau tidak karuan.
“Bagaimana Nis, kamu suka?” Celoteh Hendra.
Aku mengangguk malu.
“Besar mana kontol ku dibanding suamimu” Tanya Hendra.
Aku tidak menjawab.
“Besar mana kontol ku dibanding punya suamimu Nis?” Tanyanya.
Akhirnya kujawab “Oohhh… Besar punyamu Ndra…”

Gejolak yang terpendam Sambungan. . .

Sekitar jam 5 sore itu kami pun pergi. Hendra pulang sementara aku menjemput anakku dari les nya. Keesokan harinya suamiku pulang, kusambut suamiku dengan gembira. Suamiku pun tampak gembira atas sambutanku ada rasa bersalah dalam diriku tetapi seketika itu juga kutepis. Setelah itu kusiapkan air hangat untuk suamiku mandi. Malam itu kami habiskan waktu dengan bercerita, khususnya mengenai pekerjaannya selama 2 hari diluar kota. Kami tidak melakukan hubungan badan malam itu karena suamiku kecapaian.

Besok paginya suamiku berangkat kerja untuk melaporkan hasil kerjanya selama 2 hari kepada pimpinannya. Seperti biasanya sebelum kekantor dia mengantarkan anak kami ke sekolahnya terlebih dahulu. Setelah sendirian dirumah ku telpon Hendra, aku katakan pada Hendra untuk melupakan semua yang terjadi dan menghentikan kegilaan kemarin, cukup sampai disitu dan aku tak ingin berjumpa lagi dengannya. Hendra kecewa mendengar pernyataanku tersebut tetapi akhirnya dia bisa menerimanya.

Kehidupanku kembali seperti biasanya, memang aku merasa berdosa tetapi demi keutuhan keluarga biarlah semua itu menjadi rahasia hidupku saja pikirku.

Dua tahun telah berlalu sejak kejadian tersebut, sementara kehidupan keluargaku tambah harmonis saja. Karir suamiku semakin meningkat yang tadinya hanya sebagai staff sekarang sudah dipromosikan sebagai Asisten Manejer, bahkan kata suamiku dia segera akan menjadi Manejer, tetapi untuk mencapai jabatan itu dia harus melanjutkan studinya keluar negeri. Dengan meningkatnya karir suamiku, perekonomian keluargaku pun semakin membaik. Apabila dulu kami belum memiliki mobil pribadi hanya mobil inventaris kantor suamiku saja, sekarang kami telah memiliki sedan keluaran terbaru bermerk Honda.

Beberapa bulan kemudian datang surat dari kantor pusat suamiku, yang isinya menyarankan suamiku untuk melanjutkan studinya keluar negeri dengan dibiayai oleh perusahaan tempatnya bekerja selama kurang lebih 2 tahun. Setelah kami berunding, akhirnya aku merelakan dia pergi, toh itu demi kebaikan keluarga kami juga.

Seminggu kemudian suamiku pergi meninggalkan aku dan anakku untuk melanjutkan studinya keluar negeri. Sekarang dirumah ini hanya ada aku dan anakku saja, karena pembantuku sudah berhenti kerja 6 bulan lalu. Aku tidak berfikir untuk mencari penggantinya semua urusan rumah tangga sudah bisa aku lakukan sendiri.

Tiga bulan setelah kepergian suamiku, timbulah peristiwa ini. Saat itu kira-kira 100 meter disamping rumahku dibangun sebuah gedung yang lumayan besar, yang tak kusangka bahwa perusahaan yang membangun gedung tersebut adalah perusahaan dimana Hendra bekerja, sedangkan Hendra bertugas mengawasi pembangunan gedung tersebut.

Setiap pagi saat aku mengantar anakku sekolah atau kepasar selalu melewati bangunan yang sedang dikerjakan itu dan beberapa kali juga kulihat Hendra sedang mengawasi pekerjaannya atau sedang mengangkat alat-alat berat membantu buruh kerjanya. Entah Hendra tahu atau tidak bahwa sedan putih yang setiap pagi lewat itu adalah mobilku. Tetapi aku merasa Hendra mengetahuinya karena setiap aku lewat, Hendra selalu mengamati dengan serius dan selalu tersenyum.

Hingga pada suatu hari kira-kira jam 3 sore, pada saat itu anakku sedang les sementara aku sedang menonton acara tv favoritku sendiri dirumah. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku, setelah kubuka kulihat Hendra yang berada didepan dia tersenyum dan menyapa.

“Hai Anisa, sudah lama kita tak bertemu ya”
“Hendra… Aku kan sudah bilang kalo kita tak boleh ketemu lagi” Jawabku.
“Jangan marah dulu dong Nis, aku kesini hanya mau minta kain perban sekalian mencuci lukaku ini” Kata Hendra sambil memperlihatkan tangan kirinya yang terkoyak dan berdarah.
Awalnya ingin kuusir saja dia, tetapi melihat lukanya yang cukup parah aku kasihan juga.
“Ya udah, sini masuk biar ku bersihkan dan ku obati” Jawabku spontan. Aku memang memiliki sedikit pengalaman mengobati luka-luka seperti itu, yang sejak dulu sudah biasa aku lakukan.
Hendra pun ku ajak masuk menuju belakang, kemudian ku bersihkan lukanya dengan air hangat, ku tetesi lukanya dengan betadine kemudian ku lilitkan perban ke pergelangan tangannya. Selama aku mengobati lukanya tersebut, Hendra tak henti-hentinya mengamatiku dari ujung rambut hingga kaki.
Seperti yang kukatakan sebelumnya kebiasaanku dirumah adalah memakai daster. Kebetulan daster yang kugunakan saat itu adalah daster yang berbahan tipis dan ujungnya pendek hingga 5cm diatas lutut.

Disela-sela mengamati tubuhku Hendra berkata.

“Kamu semakin cantik aja Nis. Suamimu mana? Belum pulang kerja ya?”
“Oh.. Dia sedang kuliah diluar negeri” Jawabanku tersebut spontan keluar begitu saja, membuat aku menyesal mengapa aku harus jujur, bukankah ini memberi kesempatan buat Hendra untuk berlama-lama dirumahku pikirku.
“Pantas selama ini kuperhatikan kamu selalu sendirian menyetir mobilmu, mobil baru ya?” Tanyanya. Sambil berkata demikian Hendra menggeser sedikit posisi duduknya sehingga membuat mataku melirik kearah bagian bawah Hendra. Tertangkap oleh mataku tonjolan kontol Hendra yang besar dibalik celana jeansnya yang ketat. Aku sedikit menyesal mengapa harus mengalihkan pandanganku kearah itu, jangan-jangan hal ini disengaja oleh Hendra untuk memancing arah pandangku. Aku sempat berpikir apa sih yang dipikirkan oleh Hendra hingga membuat kontol nya tegang seperti itu, dasar laki-laki makiku dalam hati. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Hendra tadi.
Setelah selesai memasang perban ditangan Hendra aku pun berdiri ingin mencuci tanganku. Tiba-tiba Hendra berdiri juga dan memegang tanganku kemudian berusaha memelukku. Kutepis tangannya dan aku berusaha mendorongnya dengan kedua tanganku.
“Jangan Ndra… Hentikan!” Kataku sedikit berteriak.
“Nis, aku kangen padamu” Kata Hendra dengan terus berusaha memelukku.
“Hentikan Ndra..!” Kataku, kemudian kutampar wajah Hendra dengan keras apalagi saat itu tanganku sedang memegang gunting yang ku pergunakan untuk memotong perban tadi.
Hendra pun menghentikan tindakannya, kemudian mundur dan duduk diatas dipan dalam ruang keluarga tersebut sambil memegang pipinya yang tampak berdarah bekas tamparanku tadi. Aku menjadi iba lagi melihat Hendra, kemudian kudekati dia dan berkata.
“Maaf Ndra, sakit ya” Kataku sambil memperhatikan pipi kiri bagian atasnya yang berdarah, mungkin kena ujung gunting saat kutampar tadi.
Aku duduk tepat disebelah Hendra, ku tiup lukanya dan ku bersihkan darahnya dengan kapas luka, kemudian kutempelkan Handy plast dipipinya yang luka tersebut.

“Sekali lagi aku minta maaf ya Ndra, lukamu jadi bertambah” Kataku.
“Nggak apa-apa Nis, aku juga minta maaf sudah keterlaluan tadi” Kata Hendra menghiba.
Kuraih tangannya dan kukatakan.
“Nggak apa-apa Ndra, aku juga salah padamu” Jawabku.

Hendra mengangguk dan senyum, kemudian dia memelukku dengan lembut. Kali ini pelukannya tidak ku tolak, kuanggap ini bentuk ketulusan maaf dari Hendra.

Agak lama Hendra memelukku, perasaanku berkecamuk antara menghentikan pelukan Hendra atau merasakan dekapan dada Hendra yang bidang yang membuat darahku berdesir. Tanpa sadar tanganku yang tadi menggenggam tangan kiri Hendra menjadi semakin kuat genggamannya bahkan cenderung meremasnya.

Merasakan tindakanku tersebut, Hendra kemudian mencium bagian belakang leherku. Hal itu membuatku menggelinjang, daerah tersebut adalah daerah sensitifku. Tangan kanan Hendra yang sedari tadi menganggur mulai merayap menyisir bagian bawah dasterku, kemudian merayap masuk kedalam dasterku, mengelus pahaku bolak-balik. Bulu kudukku berdiri, birahiku muncul dengan dahsyat karena hampir 3 bulan sudah aku tidak berhubungan badan dengan suamiku. Untuk sekali lagi aku tak dapat menahan godaan dari laki-laki yang bukan suamiku ini.

“Aah.. Ndra” Kataku tak dapat menahan menyembunyikan perasaanku saat tangan Hendra mulai masuk kebalik CD ku dan mulai mengusap-usap bibir vaginaku. Tak sampai disitu, jari-jari Hendra mulai masuk mengaduk-aduk dalam vaginaku. Dua jarinya sekaligus masuk dalam vaginaku.
Sudah terlanjur basah sekalian saja mandi pikirku. Aku pun mulai meremas-remas tonjolan kontol Hendra. Semakin lama remasanku semakin liar. Tak sampai disitu tanganku membuka kancing dan resleting jeans Hendra tanpa membuka CD nya. Kumasukkan tanganku kebalik CD Hendra terus kugenggam dan kuremas kontol Hendra secara langsung, terasa besar sekali ditanganku.

Aku sudah lupa segalanya, aku pun turun dan berjongkok didepan Hendra yang sedang duduk di dipan. Kuturunkan CD Hendra tanpa melepasnya. Terpampanglah kontol besar Hendra yang berdiri tegak, aku semakin bergairah melihatnya. Kuremas dan kumasukkan dalam mulutku kemudian kujilati kepala kontolnya.

“Oohh…” Hendra melenguh merasakan nikmat kulumanku pada kontolnya. Jilatanku terus turun kebawah kujilati dan kukulum kedua biji pelir Hendra. Hendra meracau.
“Oohh… Nikmat Nis, pintar sekali kamu Nis, Oohh…” Racau Hendra.

Agak lama aku mengulum kontol Hendra, akhirnya Hendra pun tak tahan. Diangkatnya tubuhku dan didudukkannya diatas dipan sementara dia jongkok didepanku. Diangkatnya dasterku keatas hingga pinggang, kemudian ditekuknya kakiku diatas dipan dan tanpa melepas CD ku, dibukanya CD ku dari samping hingga vaginaku kini nampak jelas di hadapannya. Sesaat kemudian lidahnya menjulur menggapai vaginaku, dijilatinya bibir vaginaku kemudian dimasukkannya lidahnya kedalam lubang vaginaku. Beberapa saat kemudian sambil lidahnya mengaduk-aduk lubang vaginaku jarinya ikut memainkan klitorisku. “Oohh… Ndra, nikmat sekali Ndra…” Racauku. Baru kali ini aku diperlakukan seperti itu, sungguh nikmat sekali rasanya.

Beberapa lama kemudian diangkatnya tubuhku hingga berdiri, dilepasnya dasterku, bra ku, hingga CD ku. Aku pun sekarang telanjang bulat dihadapannya. Aku tak mau kalah kulepas kaos yang dipakai Hendra, Hendra membantu melepas jeans dan CD nya. Kini kami berdua telanjang tanpa sehelai benang pun. Diraihnya payudaraku kemudian diisapnya secara bergantian kedua buah payudaraku. Sambil mengulum puting payudaraku diangkatnya kaki kiriku dan diletakannya diatas dipan kemudian dimasukannya kontol besarnya kedalam lubang vaginaku. Agak kesulitan nampaknya Hendra mencari lubangnya, maka aku pun meraih kontolnya dan kupandu menuju lubang vaginaku.

Sluurp.. Masuklah kontol panjang dan besar Hendra ke lubang vaginaku sekali lagi.

“Oohh…” Racauku nikmat. Baru kali ini aku merasakan bersetubuh dalam posisi berdiri, sungguh nikmat sekali.
Hendra terus menggoyangkan pantatnya sambil mulutnya mengulum payudaraku secara bersamaan.
“Ooohh… Ndra… Kamu hebat Ndra… Ooohh… Nikmatnya Ndra…” Racauku tanpa malu lagi.

Beberapa saat kemudian tubuhku kejang, rasanya aku akan keluar. Sementara Hendra terus menggoyangkan pantatnya semakin lama semakin cepat saja. Hendra menggigit-gigit kecil bagian atas payudaraku sambil terus menggoyang.

“Hendra… Aku mau keluar” Jeritku merasakan tubuhku semakin kejang
“Tahan dulu Nis, kita keluar bersama-sama” Jawab Hendra.
“Ku keluarkan dimana Nis?” Tanya Hendra lagi.
“Keluarkan aja didalam Ndra, jangan lepas kontolmu ya Ndra…” Racau ku.
Goyangan Hendra semakin cepat dan cepat sekali, aku pun merasakan nikmat sekali.
“Ndra… Aku keluar…” Jeritku
“Aku juga keluar Nis… Aaargh…” Jerit Hendra lagi.

Akhirnya kami bersamaan keluar, kemudian roboh dan duduk diatas dipan sambil berpelukan mesra.
Kurang lebih 20 menit istirahat, aku pun ijin untuk membersihkan badan dalam kamar mandi. Disaat aku mandi, Hendra masuk dalam kamar mandi yang memang tidak ku kunci.

Tersentak aku kaget karena tiba-tiba Hendra mendekapku dari belakang. Diremasnya kedua payudaraku dengan kedua tangannya. Setelah puas meremas payudaraku, tangan kanannya merayap turun dan sampai dibibir vaginaku. Jari telunjuknya mulai masuk mengaduk-aduk lubang vaginaku.
Beberapa saat kemudian diangkatnya kakikiriku dengan tangan kanannya, keseimbanganku pun hilang tanganku meraih pinggiran bak mandi dan bertumpu disitu. Yang membuatku tambah kaget, Hendra memasukkan kontolnya ke lubang vaginaku dari belakang.

“Oohh… Ndra…” Jeritku saat kontol Hendra masuk kedalam lubang vaginaku. Hendra mulai menggoyangkan pantatnya. Baru pertama kali ini aku merasakan bersetubuh dalam posisi ini, ada rasa nyeri bercampur nikmat. kontol Hendra terasa panjang sekali masuk dalam vaginaku. Kembali terasa ada ruang dalam vaginaku yang selama ini belum tersentuh sekarang ditembus oleh kontol panjang dan besar milik Hendra ini. Rasa nyeri telah sirna sekarang yang terasa adalah nikmat luar biasa.

Hendra terus saja memaju-mudurkan pantatnya, semakin lama semakin cepat. “Plak. Plak. Plak” Bunyi peraduan goyangan Hendra. Aku pun tak kalah ganas sambil Hendra terus menggoyangkan pantatnya aku pun memberikan perlawanan dengan mengoyangkan pantatku yang semakin lama semakin liar.

Aku semakin bergairah dan racauku pun semakin menjadi-jadi.

“Kontolmu nikmat Ndra..” Jeritku
“Nikmat mana sama punya suamimu” Tanya Hendra.
“Jangan lecehkan aku Ndra…” Jawabku
“Kamu nggak mau dilecehkan ya sayang” Tanya Hendra dengan semakin mempercepat goyangannya.
Aku yang sudah terlanjur nikmat menjawab.
“Ooohhh… Lecehkan saja aku Ndra… Ooohh…” Jeritku
“Kontolmu lebih nikmat dari punya suamiku Ndra, lebih besar, lebih panjang Ooohh….” Racauanku sudah semakin lupa diri.
Akhirnya…
“Aku keluar Ndra… Ooohhh….” Jeritku
“Aku juga keluar Nis” Sambung Hendra.

Setelah beristirahat sejenak dikamar mandi, kami pun mandi bersama-sama.



Cerita Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Kisah Seks, Cerita ML, Cerita Sex Terbaru, Cerita Hot, Cerita Panas, Cerita Dewasa Terbaru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar