Selasa, 09 Mei 2017

Keperkasaanku VS Gairah Nafsu Tante Gina

Keperkasaanku VS Gairah Nafsu Tante Gina
Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di kantin, tiba-tiba HPku berbunyi.

“Hallo, selamat siang Ardy” suara perempuan yang manja terdengar dari ponsel.

“Hallo juga, ini siapa ya?” tanyaku serius.

“Namaku Gina” kata perempuan tersebut mengenalkan diri.

“Maaf, Mbak Gina tahu nomor HP saya darimana?” tanyaku menyelidik.

“Oya, aku temannya Nia dan dari dia aku dapat nomor kamu” jelasnya.

“Ooo, Mbak Nia” kataku datar.

Nia seorang sekretaris yang juga ikut ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.

“Gimana kabar Mbak Nia?” tanyaku.

“Baik, dia titip salam kangen sama kamu” jelas Gina.

Sekitar 5 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang yang sudah kenal lama. Suara Gina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisik dari wanita tersebut.

Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Gina membuyarkan lamunanku.

“Hallo.. Ardy, kamu masih disitu?” tanya Gina.

“Iya.. iya Mbak..” kataku gugup.

“Hayo mikir siapa, lagi mikirin Nia ya?” tanyanya menggodaku.

“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Gina tuh” celetukku.

“Masa sih.. Jadi GR nih” dengan suara yang menggoda.

“Ardy, boleh kan kalau aku mau ketemu kamu?” tanya Gina.

“Boleh aja Mbak.. Dengan senang hati” jawabku semangat.

“Oke deh, kita mau ketemuan dimana?” tanyanya semangat.

“Terserah Mbak deh, Ardy ngikut aja” jawabku pasrah.

“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso di Tanjungan Plaza” katanya.

“Oke, sampai nanti Ardy.. Aku tunggu jan 19.00″ sambil berkata demikian, HP nya langsung off.

Waktu menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya aku pulang kantor dan segera meluncur ke Tanjungan Plaza. 

Sebelumnya aku prepare di kantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, memang setiap hari aku membawa karena memang aku sering olahraga setelah jam kantor.

Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku yang butut di lantai 3. Jam ditanganku menunjukkan pukul 19 kurang seperempat. Aku segera menuju ke excellso seperti yang dikatakan Gina.

Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar kaca, sehingga aku bisa melihat orang hilir mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya ini.

Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengah baya yang duduk sendirian.

Menurut tebakan aku, wanita ini berumur sekitar 30 tahun ke atas. Wajahnya yang lumayan putih, membuat aku tertegun. Mataku yang mulai nakal, berusaha menjelajahi pemandangan yang sangat menggiurkan di depanku. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih di balik rok mininya, membuat semakin aku gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya aku jika orang tersebut adalah Gina yang menghubungi aku siang tadi.

Disaat aku membayangkan sosok di depan mataku, tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdegup kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

“Maaf, kamu Ardy ya?” tanyanya sambil menatapku.

“Iya..  Iyaa.. Kamu Gina?” tanyaku balik sambil berdiri.

Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesir ketika tangannya yang halus meremas tanganku dengan halus.

“Silahkan duduk Gin” kataku sambil menarik satu bangku di depanku.

“Terima kasih” kata Gina sambil tersenyum.

“Dari tadi anda duduk disitu kok tidak langsung kesini?” tanyaku.

“Aku tadi sempat ragu, apakah kamu memang Ardy” jelasnya.

“Aku tadi juga berpikir, apakah wanita yang cakep ini kamu?” kataku sambil senyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling canda, saling menggoda dan sesekali bicara yang ‘nyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah sempurna saja wajahnya yang semakin matan.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Gina adalah seorang wanita yang sedang tugas di Surabaya. Gina adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 5 hari dinas di Surabaya.

“Gin, kamu kenal Nia dimana?” tanyaku menyelidik.

“Nia adalah teman chattingku di YM, aku dan Nia sering online bersama. Dan kami terbuka satu
sama lain dalam hal apapun. Begitu juga untuk kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun.” mulut mungil Gina menjelaskan dengan penuh semangat.

“OOo, begitu..” kataku sambil manggut-manggut.

“Ini adalah hari pertamaku di Surabaya dan aku berencana menginap 3 hari, sampai urusan kantorku selesai” jelasnya tanpa aku tanya.

“Sebenarnya tadi Nia juga mau dateng tetapi karena ada acara keluarga, mungkin besok baru bisa dateng” jelasnya kembali.

“Memang Mbak Gina nginap dimana?” tanyaku.

“Kebetulan sama perwakilan kantor disini, di bookingin di Hotel A..” jelasnya.

“Mmm, emang Mbak sama sapa sih?” tanyaku menyelidik.

“Ya sendirilah, Ardy.. Makanya saat itu aku tanya Nia” kata Gina.

“Tanya apa?” tanyaku mengejar.

“Apakah punya teman yang bisa temanin aku selama di Surabaya” kata Gina.

“Dan dari situlah aku tahu nomor HP kamu” lanjutnya.

Tanpa terasa jam tanganku menunjukkan pukul 21.15 wib, dan aku liat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mau tutup.

“Dy.. Kamu mau anter aku balik ke hotel?” tanya Gina.

“Boleh, masa iya aku tega biarin Mbak Gina sendirian balik ke hotel” kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke Hotel A.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Tanjungan Plaza.

Aku dan Gina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan sesampainya di kamar nomor 305, Gina menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang menggugah syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika aku berjalan di belakangnya.

“Silahkan duduk Dy, aku mau mandi dulu” kata Gina sambil melempar tas kecilnya, diatas ranjang.

Mataku menyelidik, apakah benar Gina sendirian dalam kamar. Dan memang benar kelihatannya dia sendirian. Aku lihat kopor kecilnya yang masih rapi, nampak hanya beberapa helai gaun yang berada di atas ranjang. Saat mataku masih asyik menjelajahi ruangan kamar Gina, tiba-tiba sesosok tubuh yang jenjang dengan hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi tubuhnya yang molek.

“Ardy, aku minta tolong nih buangan airnya di bathup nggak bisa dibuang” kata Gina sambil tetap berdiri di muka pintu kamar mandi.

Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar mandi. Ketika aku melewati tubuh Gina, mataku yang nakal sedikit mencuri pandang di belahan dada Gina yang terkesan menyembul keluar karena terhimpit ketatnya handuk yang menutupi tubuhnya. Aroma sabun lux kuning merasuk menusuk hidungku, aku segera menuju bathup yang dimaksud oleh Gina.

Aku menggunakan tangkai sendok untuk mencungkil karet penutup bathup yang memang rapat sekali. Aku berusaha membuka secepatnya karena pikiran kotor mulai menjejali otakku. Dan akhirnya”sswaasshh..” suara air langsung keluar ketika karet penutupnya sudah terlepas.

“Oke Gin.. Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin mandinya” kataku sambil masih membelakangi tubuh Gina yang sedang berdiri di belakangku. Ketika aku membalikkan badanku, betapa kagetnya aku dengan pemandangan di depan mataku. Tubuh Gina tidak dibalut lagi oleh handuk putih yang melekat di tubuhnya tadi.

“Ma-Maaff.. Aku mau keluar Gin” kataku gugup.

Gina tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku jalan. Wanita itu langsung berhamburan memeluk tubuhku, dan merangkul leherku dengan erat.

“Dan, Nia sudah ceritakan kehebatan permainan sex kamu” aroma bau mulutnya yang segar, membuat jantungku semakin berdetak kencang.

“Mmm, anu Mbak.. Mungkin Nia terlalu berlebihan” kataku.

“Berikan aku kenikmatan itu Dy..” sambil berkata demikian, bibir mungil Gina langsung mendarat di bibirku. Lidahnya yang liar serasa menggeliat mencari lidahku.

Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi, langsung menyambut keliaran lidah Gina. Tanganku yang tadi hanya berdiam diri, sekarang aku beranikan memeluk tubuhnya yang sexy bagaikan Britney Spears. Aku merasakan dadanya yang montok mendesak dadaku yang bidang. Sesekali tanganku mulai semakin berani menjelajahi pinggul Gina, pantatnya yang masih terlihat kencang walaupun sudah menginjak 30 tahun-an. Aku meremas pantatnya berkali-kali sehingga hal itu membuat nafsu Gina semakin naik.

Bibirku yang sudah mulai murka dan terbawa birahiku yang mulai merangkak ke kepalaku. Lehernya yang jenjang menjadi sasaran empuk bibirku yang mulai menari-nari di atasnya.
“Ooohh..  Ardy.. Geelli..” desah Gina.

Serangan bibirku semakin menjadi di leher Gina, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhkan sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buat bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku semakin terbawa dalam aliran birahi yang meledak-ledak, bibir Gina yang mulai terasuki nafsu birahinya sendiri mulai ganas melahap bibirku.

Jari jemarinya yang lentik, sepertinya terlatih untuk membuka semua kancing yang menempel di hem yang aku kenakan.

Disaat aku mulai telanjang dada, bibirnya mulai menjalar ke arah leherku dan sesaat kemudian bibirnya sudah mendarat pada dadaku. Jilatan lidahnya yang semakin liar, sepertinya tidak ingin menyisakan sedikitpun dada bidangku.

Darahku mendesir hebat hingga membuat aku terangsang hebat, ketika lidahnya menari di puntingku. Daerah yang paling sensitif di tubuhku, yang bisa menggugah nafsu birahiku secara sepontan.

“Ohh.. Gin.. Aaakh” aku merintih sambil menekan tengkuknya ke dada bidangku.

Gina benar-benar sudah di kuasai oleh birahi yang tinggi, dan tanpa aku sadari ketika aku sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata Gina sudah melepas jeans yang aku pakai sebelumnya, sehingga sekarang aku hanya menganakan celana dalam saja.

Lidahnya semakin lama semakin ke bawah dan sampailah lidahnya memainkan pusarku. Tangannya meremas kedua pantatku sehingga aku benar-benar terangsang hebat.
Dengan gaya yang sudah fasih, giginya berusaha menarik celana dalamku dari depan. Kedua tanganya dengan mudah menarik CD ku dari belakang.

“Gila.. Pantes Nia puas, habis penismu gede seperti ini” kata Gina memuji.

Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan diri dari belenggu CD yang membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku melihat kebawah dan melihat Gina yang sedang tertegun dengan besarnya penisku. Penisku berdiri tegak sekali dan sesaat kemudian.

“Mmm.. Srup.. Srupp” mulut Gina yang mungil mulai mengulum batang penisku.

“Aakhh.. Gin.. Nikmmaat.. Sekkalii” rintihku.

Tanganku menekan dalam-dalam kepala belakang Gina, utnuk memudahkan bergerak maju mundur dan ketika penisku benar-benar tertelan dalam mulut Gina, kenikmatan yang luar biasa aku rasakan ketika ujung penisku menthok pada dasar mulut Gina.

“Sss.. Gin.. Uhh” aku mendesah kenikamatan.

Gina tidak mempedulikan desahan, rintihan dan eranganku, wanita itu dengan buasnya mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral batang kemaluanku.
Sampai aku tidak kuat berdiri.

Setelah Gina puas dengan aksinya, Gina bangkit dari posisi pertama yang sebelumnya jongkok di bawah selangkangan aku. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan untuk mendorong tubuhnya sehinga tubuh Gina terduduk di kloset. Aku langsung jongkok dan membuka kedua pahanya yang putih.

Lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesir hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan ke permukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tubuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
“Sss.. Ardy.. Nikmaat sekali.. Ughh” rintih Gina.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku di ujung clitorisnya. Gerak tubuh Gina yang terkadang berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin berani menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

“Ardy.. Gilaa banget lidah kamu..” rintih Gina.

“Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan..” pintanya.

Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang vaginanya, sesekali aku memancing clitorisnya untuk segera keluar dari persembunyiiannya.

Paha Gina dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilat, mengulum, dan sesekali menghisap dalam-dalam clitorisnya. Aku perhatikan Gina merem melek menikmati nakalnya lidahku dan sesekali aku perhatikan, wanita tersebut mengigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejolak di hatinya.

“OOhh.. Ardy, aku nggak tahan.. Ugh..” rintihnya.

Semakin Gina merintih, mendesah dan mengerang, semakin membuat nafsuku bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan yang terasa asin, dan aku semakin bernafsu untuk menjilatinya.
“Ardy.. Ardyy.. Ooogghh..” Gina merintih panjang.

Dibarengi dengan tubuhnya yang kejang-kejang, dan terasa pahanya menggapit kepalaku dengan kencang. Jari nya yang lentik meremas rambutku yang sedikti gondrong.

Gina terpejam sejenak menikmati lelehnya cairan yang meluber dari lubang vaginanya, lidahku tiada henti menerima luapan cairan bening yang wangi tersebut. Seakan-akan aku tidak peduli dengan orgasme yang didapat Gina pertama kalinya. Dan ketika aku rasakan cairan tersebut sudah bersih, aku membimbing tubuh Gina yang masih lemas. Aku mendekap tubuh Gina dari belakang, kami berdua menghadap cermin.

“Ohh.. Ardy..” Gina mendesah ketika lidahku mulai menyentuh bagian belakang telinganya.

Tangannya menggapai leherku, dan tanganku sepontan meraih buah dadanya dari belakang.

Dengan sentuhan yang sangat halus, pantatnya yang sintal bergerak memutar di gesekan batang kemaluanku yang dari tadi masih tegang. Jari telunjuk kananku bergerak menggesek clitoris Gina yang sudah mulai basah kembali.

“Ardyy..” Gina kembali mendesah.

Perlahan aku mengangkat kaki kanan Gina dan aku sandarkan di wastafel kamar mandi. Sehingga Gina hanya berdiri dengan satu kaki saja, batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaan Gina dan sekali hentak.

“Bleesst..” kepala penisku mengoyak vagina Gina.

“Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali Dy.. Punya kamu” Gina merintih.

Perlahan aku bergerak maju mundur di lubang vagina Gina, sampai akhirnya aku merasakan cairan yang cukup di lubang vagina Gina. Sekali tekan “bless” seluruh batang kemaluanku masuk dalam lubang senggama Gina dan bersama dengan itu, tubuh Gina sedikit terangkat.

“Hekk.. Ardyy.. Nikmatt sekalii.. Oooh” Gina merintih kembali.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Gina menggelinjang hebat dan sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa di batang kemaluanku.

“Ardyy.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh” pinta Gina.

Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang begitu menikmati tusukan batang kemaluanku semakin menjadi. Aku merasakan sekali ujung penisku bergerak masuk sampai di ujung kemaluan Gina.

Wanita tersebut menggoyang kepalanya ke kanan dan kekiri seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Kedua tanganku meremas kedua bukit kembar Gina dan sesekali membantu pinggul Gina utnuk berputar-putar.

“Ardyy.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh” tangan Gina bersandar di cermin sedangkan kepalanya bergerak ke atas kebawah, kesamping kiri kanan seperti orang yang lagi triping.
Beberapa saat kemudian Gina seperti orang kesurupan dan ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Gina semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyak dinding vagina Gina.

“Ardyy.. Terus.. Sayangg.. Jangan berhenti..” Gina meminta.

Permainanku tersebut benar-benar memancing birahi Gina untuk mencapai kepuasan birahinya.

Sesaat kemudian, Gina benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergetar hebat.

“Ardyy.. Aakuu.. Kelluuarr.. Aaakkhkhh.. Goyang sayang” rintih Gina.

Gerakan penisku seperti goyangan anisa bahar yang patah-patah, membuat birahi Gina semakin tak terkendali.

“Arrr.. Ddy.. Aaammppunn” rintih Gina panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Gina. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh batang kemaluanku.

“Creek.. Crek.. Crek..” suara penisku masih bergerak keluar masuk di lubang vagina Gina. Aku semakin tidak peduli dengan Gina yang sudah mendapatkan kedua orgasmenya, karena aku sendiri lagi berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki kanan Gina yang pada posisi pertama aku naikkan ke atas wastafel.

Posisi Gina, sekarang sedikit menungging dengan posisi berdiri. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vagina Gina.

“Ohh.. Ardyy.. kamu.. memang.. ahli..” kata Gina sambil merintih.

Kedua telapak tanganku mencengkeram pinggul Gina dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.

“Gin.. vagina kamu memang asyik banget” pujiku.

“Kamu suka minum jamu ya kok masih seret?” tanyaku.

Gina hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijat oleh vagina Gina dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.

Permainan sexku benar-benar bisa diterima Gina karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

“Gin.. Aku mau.. Keluuar..” kataku mendesah.

“Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat terus.. Terus..” Gina merintih.

“Ardyy.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasain semprotan kamu..” pinta Gina.

“Iya Gin.. Ooogh.. Akakhh..” rintihku.

Gerakan maju mundur dibelakang tubuh Gina semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

“Ardyy.. Aku.. Aku.. Nggaak kkuaat.. Aaakhh” rintih Gina.

“Aku juga Gin.. Oohh.. Ginnn” aku merintih.

“crut.. Crut.. Crut..” spermaku muncrat membanjiri vagina Gina.

Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Gina.

Setelah beberapa saat kemudian Gina membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

“Ardy ternyata Nia memang benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Gina merintih.

“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja” kataku merendah.

“Kamu luar biasa..” Gina tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air di pancuran shower membuat tubuh Gina yang molek seperti bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, aku menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya Gina. Aku mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh tubuh Gina, sesekali jariku yang nakal memilin puting Gina.

“Ughh.. Arddy..” Gina merintih dan bergetar saat aku permainkan puntingnya yang memerah.
Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali.
Gina seorang wanita yang sedang butuh kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua memburu birahinya yang tidak pernah kenyang.

Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 wib, dimana aku harus segera balik kerumah karena HP ku berapa kali tadi berbunyi.



Cerita Sex Selingkuh, Cerita Seks Tante, Cersex, Cerita Sex 2017, Cerita Ngentot Terbaru, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Mesum, Cerita Hot, Cerita Sex Bergambar, Cerita Sex Panas, Cerita Bokep Seks , Cerita Sex Tante, Kisah Seks, Cerita Panas, Cerita Mesum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar